PARIS - Perolehan suara putaran pertama menunjukkan petahana Presiden Emmanuel Macron akan bertarung lagi melawan politikus ultra kanan Marine Le Pen di pemilihan presiden Prancis putaran kedua pada 24 April, setelah keduanya mendapatkan suara terbanyak di putaran pertama pilpres.

Hasil hitung awal Kementerian Dalam Negeri Prancis yang dirilis pada Minggu (10/4) malam menempatkan keduanya memimpin di antara 12 kandidat presiden lainnya. Macron memimpin perolehan suara dengan 27,6 persen, sementara Le Pen meraup 23,4 persen.

"Dua pekan kedepan akan jadi waktu yang menentukan bagi Prancis," ucap Macron.

Sebelumnya, petahana Presiden Macron telah mencalonkan diri untuk pemilihan presiden kembali. Selama masa jabatannya, Macron kerap mengalami pasang surut dukungan. Sebut saja aksi protes gerakan rompi kuning pada 2018 yang dipicu oleh kebijakan ramah bisnis dan pemotongan pajak untuk orang kaya.

Macron dinilai telah mengesampingkan kampanye pilpres beberapa waktu belakangan dan lebih fokus pada urusan diplomatik, terutama soal konflik Russia dan Ukraina.

Sedangkan Le Pen adalah pesaing yang sama yang dihadapi Macron dalam pemilihan presiden pada 2017.

Seruan Kandidat Lain

Putaran kedua pilpres Prancis akan dilaksanakan pada 24 April. Sekitar 48,7 juta pemilih terdaftar untuk pemilihan, tetapi masih harus dilihat apakah partisipasi pemilih akan meningkat untuk putaran kedua.

Macron diprediksi akan meningkatkan intensitas kampanyenya beberapa pekan mendatang sebagai upaya untuk mengamankan masa jabatan kedua.

Jajak pendapat lembaga survei Ifop memperkirakan persaingan yang ketat, dengan 51 persen untuk Macron dan 49 persen untuk Le Pen. Sementara itu, lembaga survei Elabe memproyeksikan Macron akan menerima 52 persen dan Le Pen 48 persen suara.

Menanggapi keberhasilannya lolos pada putaran pertama, Le Pen mengatakan putaran kedua pilpres nanti akan menawarkan pemilih dua visi yang berlawanan bagi masa depan. "Yang dipertaruhkan pada 24 April bukanlah pilihan keadaan, tetapi pilihan masyarakat, pilihan peradaban," kata Le Pen.

Sementara sejumlah kandidat lain yang tertinggal dalam pemungutan suara putaran pertama mendorong warga untuk tidak memilih Le Pen. Kandidat sayap kiri Jean-Luc Melenchon, yang berada di tempat ketiga, mendesak pemilih untuk tidak memberikan satu suara pun kepada Le Pen.

Kandidat konservatif Valerie Pecresse juga meminta pemilih untuk mendukung Macron, dengan mengatakan jika Le Pen naik ke kursi kepresidenan akan ada konsekuensi bencana bagi negara dan generasi mendatang. AFP/DW/I-1

Baca Juga: