JAKARTA - Sebarkan pesan perdamaian Islam melalui Peluncuran 1000 Dai Agen Perdamaian, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PW Muhammadiyah Jawa Timur diganjar penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Utusan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) Ari Andriani mengapresiasi tujuan terbentuknya dai khusus yang memiliki wawasan kebangsaan di tengah keberagaman dan kebhinekaan, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Muhammadiyah Jatim dan Komisi Nasional Pendidikan Jatim memprakarsai rekor peluncuran dai agen perdamaian ini.

Dikutip dari rilis PP Muhammadiyah Minggu (5/9) acara yang diselenggarakan pada (4/9) melalui siaran daring ini diberi tajuk Peluncuran 1000 Dai Agen Perdamaian, namun demikian peserta yang daftar sebanyak ada 1.907 ustadz.

Digelar secara daring diikuti peserta dari 34 provinsi dan luar negeri. Para dai ini siap ditugaskan di daerah masing-masing. Acara ini masuk rekor MURI sebagai acara kolosal daring pertama.

Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur, Ahmad Jainuri meski tema moderasi menjadi arus utama di kalangan ormas Islam, namun diksi moderasi bagi Muhammadiyah bukan 'di atas langit', tapi sudah menjadi habitus yang telah diletakkan sebagai dasar dan prinsip.

"Elite bahkan pendiri Muhammadiyah juga sudah meletakkan dasar dari prinsip nilai ajaran islam, baik dari al-Quran maupun as-Sunnah," jelasnya.

Jainuri melanjutkan, moderasi pada praktiknya banyak berkaitan dengan sikap perilaku kita dalam berkomunikasi, bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Menurutnya tidak perlu jauh-jauh mencari referensi terkait itu, sebab sisi normatif moderasi sudah diberikan landasan oleh Islam.

Namun secara historis, sikap moderat tersebut telah diaktualisasikan oleh Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Sebab, kata Jainuri, Kiyai Dahlan pernah mengatakan di dalam falsafah ajarannya, bahwa seseorang tidak boleh merasa dirinya semuci, mengklaim sebagai yang paling benar sendiri.

Menurutnya Jainuri, sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, kita juga harus meyakini bahwa kebenaran itu juga ada di orang lain. Orang lain sesama warga Muhammadiyah. Orang lain sesama warga muslimin, orang lain yang bahkan dari lain agama. Oleh Karena Itu, penting bagi para dai memperkaya literasi tentang keberagaman, pluralitas, dan toleransi.

"Ada nilai-nilai yang ada kesamaannya antara kita dan mereka. Nah nilai kesamaan itulah yang justru harus kita jadikan sebagai dasar kita untuk berkomunikasi, bersosialisasi dan bermasyarakat," kata Jainuri.

Jainuri melanjutkan, moderasi pada praktiknya banyak berkaitan dengan sikap perilaku kita dalam berkomunikasi, bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Menurutnya tidak perlu jauh-jauh mencari referensi terkait itu, sebab sisi normatif moderasi sudah diberikan landasan oleh Islam.

Namun secara historis, sikap moderat tersebut telah diaktualisasikan oleh Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Sebab, kata Jainuri, Kiyai Dahlan pernah mengatakan di dalam falsafah ajarannya, bahwa seseorang tidak boleh merasa dirinya semuci, mengklaim sebagai yang paling benar sendiri.

Menurutnya Jainuri, sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, kita juga harus meyakini bahwa kebenaran itu juga ada di orang lain. Orang lain sesama warga Muhammadiyah. Orang lain sesama warga muslimin, orang lain yang bahkan dari lain agama. Oleh Karena Itu, penting bagi para dai memperkaya literasi tentang keberagaman, pluralitas, dan toleransi.

"Ada nilai-nilai yang ada kesamaannya antara kita dan mereka. Nah nilai kesamaan itulah yang justru harus kita jadikan sebagai dasar kita untuk berkomunikasi, bersosialisasi dan bermasyarakat," kata Jainuri.

Baca Juga: