JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, Selasa (14/12). Keduanya membahas peluang investasi di berbagai sektor dengan pendekatan ramah lingkungan.

"Salah satu yang ditawarkan adalah investasi pada proyek pelabuhan yang ramah lingkungan," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (15/12).

Khusus di sektor migas, Luhut memaparkan perkembangan pesat Indonesia selama tujuh tahun terakhir, salah satunya pengembangan Green Industrial Park di Kalimantan Utara yang merupakan kawasan industri hijau terbesar di Indonesia.

"Industri hilir nikel di Indonesia saat ini telah fokus pada produksi stainless steel dengan target selanjutnya merupakan komponen baterai," ujarnya.

Perubahan Iklim

Luhut menegaskan peran dan komitmen Indonesia dalam pencegahan perubahan iklim. Luhut berharap agar AS dapat membangun industri panel surya di Indonesia sebagai dukungan pembangunan sumber energi berkelanjutan.

"Indonesia memiliki komitmen yang besar untuk menahan laju perubahan iklim. Kami juga memiliki potensi yang besar terhadap carbon pricing (harga karbon). Saya rasa dalam lima tahun terakhir, usaha kami meningkatkan carbon pricing adalah yang terbaik," katanya.

Berdasarkan data yang dipaparkannya, Indonesia memiliki 75-80 persen dari total kredit karbon dunia. Angka tersebut berasal dari hutan hujan, bakau, lahan gambut, dan terumbu karang.

Sebagai bagian dari komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement dan net zero emission, pemerintah saat ini memfokuskan regulasi terkait perubahan iklim dan pengurangan emisi.

Menanggapi permintaan Luhut, Menlu Blinken mengatakan AS siap bekerja sama dengan Indonesia terkait industri semi konduktor dan mineral lain. "Kami akan bekerja keras untuk bekerja sama dengan Indonesia," katanya.

Baca Juga: