YOGYAKARTA - Tak suka tampil di depan, jenderal ini dipuji habis-habisan oleh tokoh besar Muhammadiyah. Simak selengkapnya dikutip dari rilis PP Muhammadiyah hari ini.

Tokoh kawakan Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafi'I Ma'arif ikut menghadiri langsung peresmianground-breakingpembangunan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Selatan (RSMBS) di Ciparay, Kabupaten Bandung Selatan, Minggu (23/1).

Buya Ahmad Syafi'I Ma'arif juga memberikan sambutan dalam kapasitas mewakili keluarga besar Jenderal Fahmi yang menjadi donatur utama pembangunan rumah sakit empat lantai tipe D di atas lahan seluas 1.1 Ha.

"Saya tidak tahu dulu orangtuanya berdoa seperti apa. Betul-betul luar biasa. kalau ada pengusaha seperti Pak Fahmi jumlahnya 20 saja di Indonesia, jadi Indonesia ini. Saya mewakili beliau, Pak Fahmi ini tidak suka pidato, tidak suka di depan, tapi wibawanya, kharismanya luar biasa," kata Buya Syafi'i.

Melihat keluasan hati dan kedermawanan Jenderal Fahmi, Buya Syafi'I Ma'arif menyebut demikianlah Muhammadiyah eksis dari masa ke masa. Muhammadiyah hidup dari ketulusan para anggotanya di wilayah akar rumput.

Terutama dalam menghadirkan pusat-pusat keunggulan yang memberikan kemanfaatan pada masyarakat luas baik dalam bentuk amal usaha kesehatan, amal usaha sosial, hingga amal usaha pendidikan.

"Dalam satu pertemuan di Malang, saya katakan bahwa kalau tidak ada Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammadiyah itu (tetap) akan hidup. Tanpa PP sebagai pelindung ya, itu karena memang dari bawah," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 itu.

Dari watak pergerakan Muhammadiyah yang bergerak dari bawah, Buya Syafi'I memandang kerja-kerja inisiatif Muhammadiyah sejatinya telah meringankan kewajiban negara melayani rakyatnya. Karena itu pemerintah diharapkan terus memperkuat sinergi dengan Persyarikatan Muhammadiyah.

"Oleh sebab itu pemerintah terutama kalau Muhammadiyah perlu dibantu, itu saya rasa pemerintah membantu diri sendiri. Sebab mencerdaskan kehidupan bangsa itu tugas negara, tugas pemerintah negara begitu. Nah kalau (sekarang) Muhammadiyah bisa mengisi tapi bantuan negara masih sangat diperlukan. Tapi itu tadi, filosofinya adalah kalau negara membantu Muhammadiyah, itu berarti negara membantu diri sendiri berdasarkan konstitusi," pungkasnya. (YK/N-3)

Baca Juga: