OIKN akan menerapkan sistem jaringan cerdas (smart grid) untuk sistem ketenagalistrikan di Nusantara.

JAKARTA - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menerapkan sistem jaringan cerdas (smart grid) untuk sistem ketenagalistrikan di IKN, Kalimantan Timur. Penerapan jaringan cerdas dalam sistem kelistrikan di IKN dapat membantu operator maupun pelanggan listrik, terutama dalam mengatasi gangguan listrik.

"Kita menerapkan sistem jaringan cerdas untuk sistem ketenagalistrikan di IKN," ujar Direktur Transformasi Hijau Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital OIKN, Agus Gunawan, dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu (6/12).

Seperti dikutip dari Antara, Agus mengatakan dengan jaringan cerdas ini maka operator ketenagalistrikan bisa mengetahui dan merespons manakala terdapat gangguan listrik di pelanggan. Sebaliknya, pelanggan dapat menginformasikan kepada operator apabila gangguan listrik itu sudah teratasi.

Penerapan jaringan cerdas tersebut merupakan salah satu upaya untuk melakukan transisi energi dalam penyediaan tenaga listrik di IKN. Adapun upaya lainnya melalui pembangkit listrik energi terbarukan yang didukung dengan sistem penyimpanan energi.

Kemudian, pemanfaatan pasokan listrik dari sistem ketenagalistrikan Kalimantan yang terdiri dari generator energi baru terbarukan.

Kebijakan transisi energi di IKN dijalankan dalam rangka mencapai Key Performance Index (KPI) 100 persen energi terbarukan dan net zero emissions pada tahun 2045 di IKN. Transisi energi merupakan upaya yang signifikan.

Sebagai informasi, berdasarkan UU No 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara bahwa Sistem ketenagalistrikan IKN terdiri atas berbagai sumber listrik, seperti pembangkit surya di darat (solar farm), panel surya atap, panel surya penerangan jalan, dan panel surya terapung.

Diperlukan Integrasi

Oleh sebab itu, kemampuan jaringan untuk mendistribusikan pasokan listrik dari pembangkit tersebar diperlukan integrasi dalam pemenuhan kebutuhan listrik pada setiap waktu.

IKN mengaplikasikan smart grid, yaitu sistem jaringan yang memungkinkan aliran listrik dan data dua arah dengan teknologi komunikasi digital untuk mendeteksi, bereaksi, dan secara proaktif beradaptasi dengan perubahan penggunaan dan berbagai masalah.

Sebelumnya, Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air OIKN, Pungky Widiaryanto mengatakan OIKN akan mengandalkan solusi berbasis alam mengatasi isu air yang berpotensi terjadi di wilayahnya.

"Kami tidak hanya ingin mengurangi emisi, tapi kami ingin juga membuat Nusantara menjadi kota yang resiliensi iklim," ujar Pungky dalam diskusi di Paviliun Indonesia COP-28 Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa.

Salah satu fokusnya adalah mengatasi isu air yang kerap terjadi di wilayah Kalimantan Timur yang kini masuk menjadi area Nusantara. Saat musim hujan, beberapa wilayah rentan banjir sementara ketika musim kemarau terdapat potensi kekeringan.

Jadi untuk mengatasinya, kata Pungky, akan mengandalkan solusi berbasis alam untuk manajemen air. Sebagai contoh, OIKN akan membangun di area inti, waduk untuk menampung air yang akan digunakan di Nusantara.

IKN juga dirancang menjadi kota spons yang yang mampu menyerap air hujan ke dalam tanah guna mencegah banjir untuk mengembalikan sirkulasi alami air.

Langkah itu dilakukan bersamaan dengan peningkatan biodiversitas di kawasan IKN, mengingat komitmen IKN bahwa 65 persen akan menjadi area lindung dari luas wilayahnya Ibu Kota baru Indonesia itu seluas 252 ribu hektare.

Untuk itu, Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC), dokumen yang diluncurkan OIKN di COP-28 pada 3 Desember, akan menjadi peta jalan untuk mendorong terwujudnya kota nol emisi karbon pada 2045.

Direktur Global untuk Program Perkotaan World Research Institute (WRI), Rogier van den Berg, mengapresiasi langkah OIKN meluncurkan RLDC, mengingat pentingnya peran kota-kota dalam upaya penanganan perubahan iklim.

Baca Juga: