“Jangan sampai membiarkan limbah hewan kurban seperti darah dan isi perut berceceran. Jangan juga membuangnya ke got, selokan, dan sungai," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Asep Kuswanto,.

JAKARTA - Seluruh panitia kurban diminta untuk menangani limbah hewan kurban berdasarkan prinsip ramah lingkungan supaya tidak mencemari dan mengotori lingkungan.

"Jangan sampai membiarkan limbah hewan kurban seperti darah dan isi perut berceceran. Jangan juga membuangnya ke got, selokan, dan sungai," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Asep Kuswanto, Rabu.

Menurutnya, panitia maupun masyarakat dalam pelaksanaan penyembelihan hewan kurban harus menerapkan prinsip "Eco Kurban." Hal itu sudah tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemotongan Hewan Kurban. Asepmenuturkan, jika limbah hewan k 9urban tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan lingkungantidak nyaman karena bau dan berisiko membahayakan kesehatan masyarakat.

Asep juga menjelaskan, pembuangan limbah potongan hewan kurban ke saluran air bisa merusak ekosistem. "Sederhananya, ikan air bisa mati, jika limbah isi perut hewan kurban dibuang ke saluran air," tandas Asep. Untuk menghindarinya, Asep menyarankan kepada warga Jakarta agar menangani limbah hewan kurban dengan baik. Caranyadengan mengubur dalam tanah minimal satu meter untuk sapi berukuran 400-600 kilogram dan minimal 30 sentimeter untuk kambing berukuran 25-35 kg.

Selain itu, Asep minta limbah-limbah bisa diolah kembali dalam bentuk pengomposan dengan komposter atau dikirim ke tempat pengolahan kompos agar ditangani dengan tepat. Saat ini, DLH Jakarta juga gencar mengampanyekan agar tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai dalam pendistribusian gading kurban.

Sebagai opsi, Asep menyebutkan bisa menggunakan wadah daging kurban ramah lingkungan dan aman terhadap kesehatan. "Besek bambu, daun pisang, daun jati, atauwadah dari bahan alami bisa jadi pilihan tempat daging," ujarnya. ν Ant/G-1

Baca Juga: