Beberapa sayuran yang cocok ditanam secara hidroponik adalah sawi hijau, tomat, brokoli, kangkung, buncis, seledri, bayam, paprika, cabe, selada, kalian, timun, dan pakcoy. Kemudian, pare, terong, strawberry, blueberry, melon, semangka, dan anggur.

Untuk hidroponik konvensional dan organik pada dasarnya sistemnya sama. Perbedaan keduanya hanya pada sumber nutrisi. Jika konvensional menggunakan pupuk kimia AB Mix yang terdiri dari unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), sistem organik diganti dengan pupuk dari sumber organik yang bisa dibuat sendiri atau bisa dibeli dari pasaran.

Cara menanam sayuran hidroganik menggunakan 3 sistem alternatif berikut ini yang terdiri dari 5 tahap. Pertama, Memilih Sistem Tanam. Kedua, Menanam Sayuran pada Media Tanam Hidroponik. Ketiga, Pemeliharaan dan Perawatan. Keempat, Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman (HPT), dan kelima Pemanenan.

Ada tiga pilihan Sistem Tanam, yaitu sistem kultur air, sistem kultur agregat, dan NFT (Nutrient Film Technique). Untuk sistem kultur air cocok digunakan untuk menanam sayuran seperti kangkung, bayam, pakcoi dan sayuran daun lainnya.

"Sistem ini terinspirasi dari tanaman enceng gondok yang dapat tumbuh subur di atas kolam, meskipun akarnya tidak menancap ke dalam tanah," tulis laman Ilmu Budidaya.

Sedangkan Sistem Kultur Agregat, adalah sebuah sistem menanam sayuran menggunakan media tanam berupa pasir, pecahan batu bata, batu kerikil dan sebagainya lalu diberi air yang mengandung nutrisi.

Sementara itu, sistem NFT merupakan sistem menanam sayuran dengan media selokan sebagai pengganti tanah seperti dalam menanam sayuran konvensional. Selokan ini terbuat dari besi dengan lempengan tipis, kemudian air dan cairan nutrisi dialirkan ke dalam media tanam.

Sistem NFT banyak digunakan para petani modern yang berada di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara itu, mampu menghasilkan komoditas sayuran unggul dengan teknik tersebut.

Langkah kedua adalah Menanam Sayuran pada Media Tanam Hidroganik. Sebelum ditanam sayuran seperti bayam, kangkung dan sawi-sawian harus disemai terlebih dulu, setelah umur 2-3 pekan baru dipindahkan ke media.

Tanaman Sehat

Perlu dipastikan bibit tanaman yang dipilih merupakan tanaman sehat, tidak cacat dan tidak terdapat serangan hama atau penyakit. Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari yang lebih teduh, agar keesokan paginya tanaman dapat langsung beradaptasi dengan lingkungan baru.

Langkah ketiga adalah Pemeliharaan dan Perawatan. Pada langkah ketiga ini perbedaan sistem hidroponik konvensional dan organik bisa dibedakan. Jika cara konvensional menggunakan nutrisi AB Mix yang banyak dijual di pasaran, maka sistem organik menggunakan pupuk dari bahan organik.

Setelah pemilihan jenis nutrisi yang harus dilakukan adalah pengairan. Harus dipastikan, yang digunakan adalah air yang bersih. Sebab jika menggunakan air kotor, maka risiko tanaman akan terkena penyakit lebih besar. Intensitas pemberian air biasanya 2-3 kali dalma sehari, tergantung kondisi cuaca dan media.

Keempat, Pengendalian HPT bisa dilakukan menggunakan tanaman kacang babi (Tephrosia vogelii). Ekstrak tanaman ini yang telah difermentasi terbukti dapat mengendalikan dan mengusir serangan beberapa jenis serangga seperti belalang, jangkrik, ulat dan jenis serangan hama lainnya.

Kelima, Pemanenan sayuran hidroganik tergantung pada jenis sayuran yang ditanam seperti juga cara menanam hidroponik dengan media arang sekam. Jika sayuran daun seperti kangkung, bayam,a tau sawi-sawian, maka tanaman dapat dipanen pada usia 21-25 hari. Sedangkan sayuran seperti kubis, sawi putih, dan brokoli dapat dipanen pada umur 90 hari.

Pada dasarnya, tanaman yang akan dipanen bisa dilihat dari kriteria tanaman siap panen seperti warna daun, ukuran bunga, dan tinggi tanaman. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk mempertahankan kualitas produk. Caranya, dengan mencabut tanaman dari media tanam. hay/G-1*

Baca Juga: