Kecintaannya terhadap fesyen tak lantas membuat Riztia Nilfarisa bisa dengan mudah menjejakkan kakinya di industri mode yang tak berhenti berkembang. Identitasnya sebagai anak rantau membuat perempuan asal Bangka Belitung itu, merasa kian tertinggal dari teman-temannya.

"Senekat itu, kaya aku kan anak pulau gatau apa-apa merantau sendiri ke Kota Bandung, bener bener gaada basic, aku bukan anak SMK yang bisa jahit, aku gabisa gambar bener-bener nol gitu dari Belitung terus merantau sendiri," ujarnya.

"Dulu pindah ke Bandung kan pas 2015, aku merasa minder kaya kok aku gatau ini ya, gatau itu ya," tambah perempuan yang akrab disapa Riztia itu.

Namun, Riztia tak lantas mengubur mimpinya sebagai seorang fesyen desainer. Kegemaran perempuan kelahiran 24 maret 1997 dalam mendaur ulang pakaian sang ibu, telah menunjukkan bakatnya dalam merancang busana. Namun, Riztia mengaku baru memantapkan cita-citanya ketika dirinya pertama kali berselancar di Instagram, Riztia bak menemukan dunia baru ketika mengenal para influencer fesyen.

ppp-010722204723.jpg

"Kalo di dunia fashion sendiri sebenarnya aku udah suka rework baju-baju kaya aku mulai bongkar lemari baju ibu aku, aku cari baju lama-lama aku bawa ke tukang jahit dan aku ubah kaya lengannya aku tambah apa gitu, itu dari SMP aku suka rework baju-baju ibu aku. Tapi ga benar-benar kepikiran jadi fashion desainer atau bekerja di industri fashion. Baru pas SMA akhir, kelas dua ke kelas tiga dan baru kenal Instagram, mulai kenal influencer fashion dan waktu itu aku suka banget sama Mega Iskanti itu influencer hijab dulu dia baru muncul banget, terus aku tau dian pelangi nah mulai dari situ aku merasa kayanya aku tertarik deh untuk terjun ke dunia desain-desain gitu," jelas Riztia.

Mimpinya sebagai wirausaha lantas memantapkan langkah Riztia yang kala itu duduk di semester lima jurusan Kriya Tekstil dan Mode di salah satu universitas swasta ternama di Indonesia, mengembangkan brand fesyen miliknya sendiri bernama Popils. Kecintaannya terhadap warna-warna cerah menginspirasi Popils yang diambil dari perpaduan kata 'populer' dan 'pupil', sebuah organ pada mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya. Melalui Popils, pemenang favorit ajang Modes Young Designer Competition 2018 itu bercita-cita menciptakan rentetan busana yang tidak hanya populer, tapi juga dicintai banyak orang.

pppp-010722205208.jpg

Walau telah berhasil mendirikan brand lokal, pencapaian itu tak lantas membuat Riztia merasa telah berhasil menggapai cita-citanya. Perempuan yang pernah bekerja dengan fesyen desainer kenamaan tanah air, Ivan Gunawan dalam tim wardrobe program acara salah satu televisi swasta, itu sempat terpuruk. Sepinya minat pembeli membuat Riztia merasa usaha yang telah dilakukannya secara maksimal tak terbayarkan. Ia dihadapkan pada masalah baru, mulai dari kesulitan mengatur keuangan operasional bisnisnya hingga pasar yang sulit dijangkau.

"Kalau untuk memulai usaha kalau dulu ya dukanya itu kaya aku udah berusaha maksimal, aku udah buat produk yang menurut aku baik waktu itu dan fotonya udah yang baik. Udah aku lakuin yang terbaik tapi pas launching ko ga ada yang beli dan pas kesini-sini uangnya ga nutup jadi susah manage uangnya dan menjangkau pasarnya juga susah, itu sih ya awal-awalnya," jelas Riztia.

Riztia pun bergegas membenahi bisnisnya. Sebagai penggiat industri fesyen,dirinya tak pernah berhenti belajar. Pasalnya, dunia fesyen tak pernah berhenti berkembang khususnya dalam hal selera pasar sehingga penting bagi Riztia untuk mampu menjawab tak hanya kebutuhan tapi juga keinginan para konsumen yang selalu berubah.

"Menurut aku industri fashion itu berubahnya cepet banget, perkembangan dan selera pasar itu cepet banget berkembangnya, jadi kalo kita mau buka usaha kita harus mengimbangi kostumer kita, kita kaya harus berlari cepat gitu, kita harus banyak belajar juga pokoknya wawasannya harus bener-bener luas," jelas perempuan yang juga pernah menjadi pengarah gaya Ria Ricis untuk program acara di salah satu televisi swasta di indonesia.

Hal ini juga yang tak pernah membuat Riztia merasa puas atas pencapaiannya, sekalipun ia telah berhasil menciptakan produk fesyen yang laris manis dipasaran. Setelah merilis vest Yuka yang menjadi primadona karena identitas penuh warna dan desainnya yang tak kalah unik, Riztia kembali menantang dirinya untuk membuat produk baru yang begitu rumit. Bersama Popils, dirinya menciptakan sebuah vest rajut yang harus dikerjakan secara manual. Tingkat kesulitannya juga membuat timnya hanya bisa membuat sekitar sepuluh buah vest rajut setiap minggunya, padahal timnya bisa membuat sampai seratus vest biasa dalam kurun waktu tersebut.

pp7-010722203458.jpg

Walaupun mendapat banyak kesulitan, Riztia tetap merasa senang menjalani semua keluh kesah dalam meraih mimpinya berkat kecintaannya terhadap aktivitas merancang dan memproduksi busana. Semua rasa lelahnya juga seakan terbayar ketika melihat semakin banyak orang yang mengenakan pakaian yang dibuatnya. "Aku happy aja menjalani Popils dari awal sampai sekarang, ya walaupun belum besar besar banget tapi lumayan gitu. Perputarannya udah enak. Kaya wah ada yg beli dan senang produk kita ada yang pake, itu sih senangnya, produk kita dipakai sama banyak orang jadi happy aja gitu produk aku dipake jadi kaya ada kepuasan tersendiri, ungkap Riztia.

Selain mendirikan brand fesyen miliknya sendiri, Riztia juga pernah memenangkan sejumlah kompetisi dalam dunia fesyen. Sebut saja menjadi runner up ajang Hijab Look 2018, 10 finalis terbaik kontes Sakura Collection Asia Student Award in Indonesia 2018, 15 finalis terbaik Models Young Designer Competition 2019 dan 20 finalis terbaik ajang LPM Menswear Jakarta Fashion Week 2018.

Tak Takut Dianggap Aneh, Riztia Nilfarisa Populerkan Tren Fesyen Penuh Warna Lewat Popils

Kalau sebagian orang justru akan menghindari penggunaan pakaian yang penuh warna karena tidak percaya diri, tidak demikian dengan fesyen desainerasal Bangka Belitung, Riztia Nilfarisa. Sosok yang memilih terjun ke industri fesyen setelah terinspirasi dari sejumlah fashion influencer tanah air itu justru tertarik mengkombinasikan item fesyen yang berwarna-warni. Kecintaannya bahkan memberikannya mendirikan sebuah brand lokal bernama Popils yang sangat identik dengan tema colorful.

pp3-010722203224.jpg

Ketika ditanya mengapa seluruh koleksi pakaian yang dibuatnya berwarna-warni, Riztia menjelaskan bahwa dirinya hanya tertarik dan menikmati proses pembuatan item fesyen yang penuh warna. Dirinya bahkan mengaku enggan membuat busana dengan tone gelap.

"Sebenarnya kenapa colorful itu jawabannya subjektif banget. Jadi dari dulu kuliah sampai sekarang aku emang konsisten banget ngeluarin koleksi yang colorful. Aku bilang subjektif karena aku suka dan mood, bisa dibilang passion aku emang di warna-warna itu. Aku pernah coba bikin karya yang warnanya lebih dark, aku pakai warna-warna yang lebih gelap tapi aku ga dapet gitu feels-nya, aku lebih enjoyngerjain sesuatu yang ada warna colorful gitu," jelasnya.

pp89-010722204031.jpg

Nama Popils sendiri bahkan yang diambil dari perpaduan kata 'populer' dan 'pupil', sebuah organ pada mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya, tak terkecuali warna-warna. Melalui Popils, pemenang favorit ajang Modes Young Designer Competition 2018 itu bercita-cita menciptakan rentetan busana yang tidak hanya populer, tapi juga dicintai banyak orang.

"Ide sebenarnya dari yang tadi aku bilang populer gitu, jadi sebelum aku mulai aku research dulu apa yang lagi populer, apa yang lagi orang suka, terus aku modifikasi jadi sesuai karakter Popils. Jadi gimana aku menyajikan koleksi yang orang lagi suka tapi ada khas Popils-nya gitu," ungkapnya.

Warna memang membantu mengekspresikan kegembiraan dan memungkinkan pemakainya untuk terlihat layaknya berdandan. Dikutip dari The Guardian, ??maraknya warna dalam fesyen juga mencerminkan selebrasi gaya personal yang mendominasi saat ini, khususnya dalam jagat maya. Rosanna Falconer, konsultan merek dan salah satu pendiri FashMash, mengatakan fesyen yang berwarna-warni "dimulai dengan revolusi digital.

pp4-010722203321.jpg

"Gaun merah muda yang difoto jauh lebih baik untuk e-niaga daripada gaun hitam, desain warna-warni menyampaikan lebih banyak hal dalam video TikTok 10 detik dan mungkin hanya menghentikan pengguliran dan menghasilkan suka," katanya.

Mengenakan pakaian berwarna bukan hanya tentang mendapatkan perhatian. Falconer menuturkan hal itu bisa menjadi cara untuk meningkatkan suasana hati para pemakainya. Dirinya juga meyakini bahwa kekuatan warna untuk membuat pemakainya merasa lebih baik. "Orang-orang mencoba untuk membuat diri mereka bahagia," ujarnya.

Lebarkan Sayap di Dunia Fesyen Melalui Kuliah Kriya Tekstil dan Mode

Dunia fesyen menjadi salah satu industri yang dipenuhi dengan kreativitas. Perkembangan teknologi juga bersumbangsih terhadap semakin cepatnya pergerakan tren fesyen, beragam dan tak jarang memberikan kejutan. Pengikut tren fesyen yang semakin menjamur, turut membuka banyak kesempatan bagi penggiat fesyen untuk lebih menekuninya kecintaannya menjadi sebuah profesi. Sekolah fesyen pun banyak bermunculan dan menawarkan segudang konsentrasi demi melahirkan fesyen desainer yang mampu membuat karya yang otentik dan digemari pecinta mode, salah satunya kriya.

pp5-010722203417.jpg

Kriya sendiri merupakan bidang keilmuan yang mempelajari pengetahuan dengan menitikberatkan pada keterampilan, kecekatan manual dan kreativitas. Melalui kriya, penggiat fesyen akan secara khusus mempelajari metode berkarya yang didalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, simbolik, sekaligus fungsional. Kriya berarti mempelajari pendekatan berbagai medium dan kepekaan, termasuk perpaduan kerajinan tangan atau craftsmanship.

Dalam ranah kriya tekstil, para pelajar akan mempelajari apa yang disebut nirmana, yakni pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur guna menjadi satu kesatuan yang harmonis. Nirmana sendiri dapat diartikan sebagai hasil angan-angan dalam bentuk dwimatra, trimatra yang harus mempunyai nilai keindahan. Riztia Nilfarisa, fesyen desainer sekaligus pendiri brand lokal Popils, yang pernah menempuh pendidikan Kriya Tekstil dan Mode itu mengungkapkan mempelajari nirmana akan membantu melatih keahlian untuk mencipta atau merancang sesuatu.

a3-010722203853.jpg

"Ini melatih rasa kita untuk mencipta atau mendesain sesuatu jadi kalian harus mencari referensi sebanyak mungkin," ujarnya kepada Koran Jakarta.

Melalui kriya tekstil, para penggiat fesyen akan diajarkan desain permukaan dan desain struktur. Desain permukaan sendiri adalah teknik produksi tekstil yang produk ragam hiasnya bersamaan dengan proses pembuatan tekstil, seperti tenun, felting dan lain sebagainya. Sementara, sesuai namanya, desain permukaan adalah teknik produksi tekstil yang pada pembentukan ragam hiasnya dilakukan setelah tekstil terbentuk. Kedua hal ini kian penting mengingat setiap teknik produksi tekstil memiliki ciri khas masing-masing dan potensi pengembangan yang dapat meningkatkan nilai (value) suatu produk tekstil dari berbagai teknik.

pp68-010722203937.jpg

Namun jangan khawatir, pasalnya Riztia menuturkan menempuh pendidikan di bidang fesyen tak harus sudah memiliki bakat dibidang perancangan. Sosok yang terkenal dengan produk-produk penuh warna itu menuturkan semua terkait teknik merancang, menjahit hingga proses kreatif akan diajarkan secara komprehensif.

"Kalian ga akan langsung disuruh jahit atau bikin ilustrasi fashion atau bikin baju, tapi kalian akan diajari benar-benar dari dasar, mulai dari menggambar dari dasar, pengetahuan sejarah dasar, cara berpikir kreatifnya juga dari dasar. So jangan worry bagi kalian yang belum bisa apa-apa, karena aku juga sama dan nanti akan diajari dari dasar," jelas Riztia.





Baca Juga: