Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menyampaikan kepada generasi muda peran penting transformasi digital dalam meningkatkan kapasitas diri, namun digitalisasi mempunyai dua sisi mata uang yang memberikan dampak positif sekaligus negatif.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menyampaikan kepada generasi muda peran penting transformasi digital dalam meningkatkan kapasitas diri, namun digitalisasi mempunyai dua sisi mata uang yang memberikan dampak positif sekaligus negatif.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (16/12), Lestari mengatakan di satu sisi transformasi digital memudahkan kaum muda menggunakan setiap platform digital untuk berbagi ide dan kreativitas.

Namun, di sisi lain, tidak sedikit pihak yang menyalahgunakan kemajuan teknologi untuk tujuan tertentu yang berlawanan dengan budaya maupun hukum yang berlaku.

"Mengapa transformasi digital harus menjadi perhatian? Karena teknologinya berkembang cepat luar biasa dan peningkatan pemahaman masyarakat tidak mampu mengejar kecepatan transformasi itu," ujar dia dalam temu tokoh yang dihadiri para mahasiswa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Jumat (15/12).

Menurut Lestari, transformasi teknologi informasi yang cepat kerap kali tidak disadari oleh penggunanya, sehingga teknologi itu dimanfaatkan untuk menyebarkan konten-konten yang berdampak negatif.

Karena itu, lanjut dia, penting bagi generasi muda untuk meningkatkan pemahaman terhadap dirinya, serta nilai-nilai budaya, agama, moral, sejarah dan kebangsaan yang telah dimiliki bangsa ini.

Lestari pun menegaskan bahwa teknologi itu alat untuk mempermudah kehidupan manusia, namun seringkali tanpa sadar dengan memanfaatkan teknologi pula justru manusia mengikis nilai-nilai luhur yang telah dianutnya.

Pada kondisi tersebut, tegas dia, dibutuhkan kemampuan anak bangsa untuk memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai yang berlaku, sehingga mampu menyaring setiap informasi dan dampak perkembangan teknologi saat ini. Agar mampu menjawab tantangan itu, Lestari berpendapat bahwa generasi muda harus mampu mendefinisikan kembali model pembelajaran yang tepat.

Menurut Lestari, terdapat sejumlah model pembelajaran yang bisa dipilih antara lain pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek/program, pembelajaran berbasis komunitas, pembelajaran berbasis teknologi dan pembelajaran berbasis tantangan.

Wakil Ketua MPR RI pun menambahkan bahwa melalui pemilihan berbagai model belajar yang ada, generasi penerus diharapkan mampu memahami tantangan yang dihadapi tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki. Ant/I-1

Baca Juga: