DHAKA - Jumlah penangkapan dalam beberapa hari kekerasan di Bangladesh melampaui angka 2.500 menurut hitungan AFP pada Selasa (23/7), setelah aksi protes mengenai kuota lapangan kerja memicu kerusuhan yang meluas.

Setidaknya 174 orang tewas, termasuk beberapa petugas polisi, menurut penghitungan terpisah AFP mengenai korban yang dilaporkan oleh polisi dan rumah sakit.

Apa yang dimulai dengan demonstrasi menentang kuota penerimaan yang dipolitisasi untuk pekerjaan pemerintah yang banyak dicari, pekan lalu berubah menjadi kerusuhan terburuk pada masa jabatan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Jam malam diberlakukan dan tentara dikerahkan di seluruh negara Asia selatan itu. Sementara pemadaman internet secara nasional secara drastis membatasi aliran informasi, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari banyak orang.

Kelompok mahasiswa yang memimpin demonstrasi menghentikan protesnya pada Senin (22/7) selama 48 jam, dan pemimpinnya mengatakan mereka tidak menginginkan reformasi dengan mengorbankan begitu banyak darah.

Penghentian tersebut tetap berlaku pada Selasa setelah panglima militer mengatakan situasi telah terkendali.

Menteri Telekomunikasi mengatakan internet broadband akan dipulihkan pada Selasa malam, meskipun ia tidak menyebutkan internet seluler yang merupakan metode komunikasi utama bagi penyelenggara protes.

Ada kehadiran militer dalam jumlah besar di Dhaka, dengan barikade didirikan di beberapa persimpangan dan jalan-jalan utama diblokir dengan kawat berduri.

Ketua Mahasiswa Melawan Diskriminasi, kelompok utama yang mengorganisir protes tersebut, mengatakan kepada AFP pada Senin bahwa dia mengkhawatirkan nyawanya setelah diculik dan dipukuli.

Kelompok itu mengatakan pada Selasa bahwa setidaknya empat pemimpinnya hilang, dan meminta pihak berwenang untuk memulangkan mereka pada malam hari. AFP/I-1

Baca Juga: