Jika pelajar dengan learning loss tidak ditangani, dampaknya juga akan kembali kepada kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal itu bakal menjadi persoalan yang lebih besar buat Indonesia.

JAKARTA - Asesmen Nasional (AN) diharapkan mampu memetakan terjadinya learning loss. Learning loss sendiri merupakan keadaan hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum ataupun spesifik karena pandemi Covid-19. Demikian disampaikan Anggota Komisi X DPR, Ferdiansyah, dalam diskusi pendidikan, di Jakarta, Senin (4/10).

"AN jangan hanya mengumpulkan data. Jadi harus punya data tentang di mana saja terjadi learning loss. Di jenjang mana terjadi learning loss dan di kelas mana per jenjang pendidkan," ujarnya. Setelah itu baru dicarikan solusi oleh pemerintah terhadap kondisi learning loss.

Ferdiansyah menilai, dengan fungsi tersebut, AN menjadi tidak mubazir, meski dilaksanakan selama masa pandemi Covid-19. Hanya, dia khawatir AN dilaksanakan sekadar untuk memetakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah. "Akhirnya, AN hanya akan berupa data, bukan solusi mengatasi learning loss," jelasnya.

Ferdiansyah menyebut, di Indonesia learning loss hanya dianggap penurunan daya kemampuan siswa akibat adanya pandemi Covid-19. Padahal, bukan penurunan daya, tapi kehilangan atau keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang merujuk pada proses akademik.

"Padahal ini berbahaya. Dari learning loss akan menghasilkan generasi loss yang tidak mengetahui apa-apa dan kompetensinya jauh dari harapan," tandasnya.

Tak Merata
Sementara itu, secara terpisah, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengatakan bahwa dampak learning loss tidak merata bagi setiap anak.

Menurutnya, dampak learning loss juga bergantung pada kondisi ekonomi pelajar. Adapun dampak terbesar terjadi pada anak yang ekonomi menengah ke bawah.

Dia mengingatkan, jika pelajar dengan learning loss tidak ditangani, dampaknya juga akan kembali kepada kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal itu bakal menjadi persoalan yang lebih besar buat Indonesia.

"Dalam beberapa tahun ke depan kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat tentu akan menjadi persoalan serius, kalau tidak ditangani secara seksama," katanya. Anindito mengungkapkan, sekolah harus memastikan siswa terus belajar dan menguasai literasi serta numerasi.

Guru memiliki pilihan untuk menyederhanakan pembelajaran dan tidak berfokus kepada ketuntasan materi kurikulum. "Kalau kita miss, kesenjangan akan semakin besar. Mereka kalau tidak bisa baca akan semakin ketinggalan," ucapnya.

Baca Juga: