TOKYO - Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, pada Senin (28/10) berjanji untuk tetap menjabat meskipun pertaruhannya untuk mengadakan pemilihan umum dadakan menjadi bumerang, karena koalisi yang berkuasa di partainya gagal memperoleh mayoritas untuk pertama kalinya sejak tahun 2009.

Ishiba, 67 tahun, menyerukan pemilihan umum pada Minggu (27/10) setelah beberapa pekan ia dilantik sebagai PM, tetapi para pemilih yang marah dengan skandal penggelapan dana memutuskan menghukum Partai Demokrat Liberal (LDP) yang diketuainya, yang telah memerintah Jepang hampir tanpa henti sejak tahun 1955.

PM Ishiba pada Senin menegaskan bahwa ia akan tetap bertahan dan mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan adanya kekosongan politik di negara ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut.

Ia mengatakan faktor kekalahan pemilu terbesar adalah kecurigaan, ketidakpercayaan, dan kemarahan masyarakat menyusul terjadinya skandal partai yang turut menenggelamkan pendahulunya, Fumio Kishida.

"Saya akan memberlakukan reformasi mendasar terkait masalah uang dan politik," kata PM Ishiba kepada wartawan.

Menurut proyeksi kantor berita NHK dan media lainnya, LDP dan mitra koalisi juniornya, Komeito, gagal meraih proyeksi sasaran yang dinyatakan Ishiba yaitu memenangkan minimal 233 kursi mayoritas di majelis rendah yang beranggotakan 456 orang.

Menurut penghitungan NHK, LDP memenangkan 191 kursi, turun dari 259 pada pemilihan terakhir tahun 2021, dan Komeito 24 kursi. Hasil resmi pemilu ini sendiri masih belum dipublikasikan.

Pemerintahan Minoritas

Atas hasil yang buruk, ketua komite pemilihan LDP yang dipegang oleh putra mantan PM Junichiro Koizumi, yaitu Shinjiro Koizumi, pada Senin menyatakan mengundurkan diri sebagai bukti tanggung jawab atas hasil pemilu ini.

Langkah selanjutnya yang paling mungkin adalah Ishiba sekarang akan berusaha memimpin pemerintahan minoritas, sementara oposisi yang terpecah mungkin tidak mampu membentuk koalisi mereka sendiri, kata para analis.

Ishiba, yang memiliki waktu 30 hari untuk membentuk pemerintahan, mengatakan pada Senin bahwa ia masih belum mempertimbangkan koalisi yang lebih luas pada saat ini.

Pemerintahan minoritas kemungkinan akan memperlambat proses parlementer karena Jepang menghadapi sejumlah tantangan mulai dari penurunan populasi hingga lingkungan keamanan regional yang tegang. Hal itu juga dapat mendorong tokoh-tokoh dalam LDP untuk mencoba dan menggulingkan Ishiba.

Sebelum pemilu, PM Ishiba mengatakan bahwa dia sedang merencanakan paket stimulus baru untuk meringankan penderitaan rakyat akibat kenaikan harga, salah satu faktor lain yang membuat Kishida tidak populer.

Bidang pengeluaran besar lainnya adalah militer, dengan PM sebelumnya, Kishida, berjanji untuk menggandakan anggaran pertahanan dan meningkatkan hubungan militer Amerika Serikat untuk melawan kebangkitan Tiongkok.AFP/I-1

Baca Juga: