KARANGASEM - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memperkirakan lava pada ruang kawah Gunung Agung bakal tumpah keluar permukaan pada beberapa hari ke depan.
Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, I Gede Suantika, mengatakan saat ini sering terjadi gempa-gempa overscale. Hal ini menandakan semakin kuat tekanan dari magma muncul ke permukaan gunung.
"Mengingat dengan kondisi saat ini maka paling tidak dalam kurun waktu 10 hari lavanya akan penuh dan meluber," kata Gede Suantika, di Karangasem, Bali, Minggu (3/12).
Dia menjelaskan jika lavanya meluber dari kawah, diperkirakan akan mengarah ke utara.
Suantika mengungkapkan dari hasil pemantauan satelit, di dalam kawah tersebut terisi sekitar 20 juta meter per kubik lava. "Apabila terisi penuh lava yang ada di kawah tersebut sekitar 60 juta meter kubik," kata dia.
Sampai saat ini, status Gunung Agung masih Awas. Dan pihak PVBMG masih merekomendasikan kepada masyarakat agar menjauhi radius delapan hingga 10 kilometer dari puncak Gunung Agung.
Sementara itu, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, mengatakan dengan melihat erupsi yang terjadi pada perkembangan aktivitas Gunung Agung, bisa diprediksi akan terjadi erupsi yang panjang secara maraton.
"Mungkin akan tidak tampak, namun erupsi terus berlangsung. Aktivitas ini bisa terjadi lama dan maraton. Itu bila tidak terjadi letusan yang besar," pungkasnya.
Terkait konsentrasi gas sulfur dioksida (SO2) yang menurun jika dibandingkan ketika erupsi eksplosif pada 26-27 November 2017, Devy mengatakan dua kemungkinan penyebabnya.
Pertama, laju magma yang naik ke permukaan melemah karena kehilangan energi akibat gas magmatik semakin berkurang yang pada akhirnya habis dan menuju keseimbangan.
Kemungkinan kedua, terjadinya penyumbatan pada pipa magma sehingga fluida magma yang bergerak ke permukaan terhalang oleh lava di permukaan yang mendingin dan mengeras.
Nekat Pulang
Sementara itu, Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Denpasar melaporkan adanya pengungsi Gunung Agung yang nekat pulang ke zona bahaya di kawasan rawan bencana (KRB) II dan III, seperti di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem.
"Kita terus berupaya membujuk warga sampai bisa mengosongkan seluruhnya KRB III dan II," kata Kepala Kantor SAR Denpasar, I Ketut Gede Ardana.
Ardana mengatakan warga masih beraktivitas dengan cara kembali ke rumahnya pada siang hari dan menetap di pengungsian pada malam hari. Alasan mereka hendak memberi makan ternak dan mengolah lahan pertanian.
Tim SAR gabungan sempat memberhentikan pengungsi yang kembali pulang ke zona bahaya. Mereka diedukasi dan diimbau untuk mengikuti saran pemerintah untuk menjauhi radius perkiraan bahaya, delapan hingga 10 kilometer (km) ke arah utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya.
Ardana mengatakan bahaya erupsi bisa datang secara tiba-tiba. Tim SAR gabungan mengantisipasi kondisi ini dengan mempercepat waktu respons.
Jumlah terakhir pengungsi Gunung Agung mencapai 59.061 jiwa yang tersebar di 213 titik. Pengungsi di Karangasem merupakan tertinggi, mencapai 34.228 jiwa di 117 titik.
Berikutnya pengungsi di Buleleng (10.173 jiwa di sembilan titik), Klungkung (9.354 jiwa di 43 titik), Bangli (900 jiwa di dua titik), Tabanan (674 jiwa di sembilan titik), Denpasar (572 jiwa di empat titik), Gianyar (3.305 jiwa di delapan titik), Badung (531 jiwa di lima titik), dan Jembrana (312 jiwa di 17 titik). Ant/AR-2