Korsel menggelar latihan perang nasional untuk mengantisipasi serangan Korut, namun latihan ini membuat warga Korsel kebingungan dan frustasi.
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) pada Kamis (22/8) mengadakan latihan militer nasional yang menimbulkan kehebohan di ibu kota ketika arus lalu lintas terhenti dan ribuan warga sipil melakukan evakuasi darurat.
Latihan tersebut, terkait dengan latihan militer gabungan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan Korsel yang dikenal sebagai Ulchi Freedom Shield, dirancang untuk mensimulasikan perang atau keadaan darurat nasional dan latihan serupa dilaksanakan setiap tahunnya.
Di pusat Ibu Kota Seoul, sirine serangan udara berbunyi, diikuti dengan pengumuman melalui pengeras suara yang mendesak masyarakat untuk mencari perlindungan. Ribuan pejalan kaki dan pegawai pemerintah diungsikan dari jalanan dan perkantoran, sementara arus lalu lintas terhenti di beberapa daerah sehingga menyebabkan kebingungan dan frustasi.
"Saya terjebak kemacetan. Saya bahkan tidak menyadari ada latihan, dan menurut saya itu tidak penting," kata seorang ibu bernama Kim So-hyeong yang sedang berkendara melalui pusat Ibu Kota Seoul. "Saya merasa ada kekurangan informasi mengenai latihan ini. GPS saya terus memberikan arah yang berbeda dan membuat saya berputar-putar, jadi saya merasa kesal," imbuh dia.
Park Jun-ho, yang bekerja di sebuah perusahaan rintisan di distrik kelas atas Gangnam, Seoul, mengatakan dia mendengar sirine dari kantornya tetapi tidak ikut serta dalam latihan nasional itu.
"Tidak ada seorang pun di kantor kami yang keluar," kata Park. "Saya bahkan tidak berpikir orang-orang di perusahaan kami tahu ke mana harus pergi," imbuh dia.
Ketidakpedulian yang luas terhadap pelatihan pertahanan sipil tahunan berasal dari fakta bahwa Korsel secara teknis telah berperang dengan Korea Utara (Korut) sejak tahun 1950-an, sehingga situasi ini tidak terlalu mendesak, kata profesor dari Universitas Cheongju, Park Hyo-sun,.
"Pelatihan itu sendiri adalah untuk mengajarkan masyarakat apa yang harus dilakukan ketika terjadi perang, yang secara teknis kita berada di dalamnya," kata Profesor Park. "Tetapi orang-orang lupa bahwa kita sedang berperang, dan tingkat kewaspadaan sangat rendah," imbuh dia.
Latihan nasional pada tahun 2024 tersebut mencakup respons terhadap serangan pesawat tak berawak Korut dan insiden teroris, namun latihan yang direncanakan untuk menangani balon-balon berisi sampah dibatalkan.
Hubungan antara kedua Korea berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, ketika Korut meningkatkan pengujian senjata dan membombardir Korsel dengan ratusan balon.
Kim Myung-oh, Direktur Jenderal Perencanaan Darurat dan Pertahanan Sipil di Balai Kota Seoul, mengatakan pelatihan ini amat penting. "Pelatihan ini merupakan cara penting bagi warga sipil untuk belajar tentang tempat perlindungan yang dekat dengan mereka dan mengetahui apa yang harus dilakukan," ungkap dia.
Peringatan Yoon
Sehari sebelum latihan nasional, Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, mengatakan bahwa rezim Korut adalah rezim yang paling tidak rasional di dunia yang dapat melakukan provokasi kapan saja, dan menambahkan bahwa hanya kesiapan pertahanan militer Korsel yang kuat yang dapat menghalangi kesalahan penilaian rezim tersebut.
Yoon menyampaikan pernyataan itu pada Rabu (21/8) saat ia mengunjungi Komando Operasi Darat Angkatan Darat di Yongin, Provinsi Gyeonggi, dan menyampaikan kata-kata penyemangat kepada personel militer Korsel dan AS yang ikut serta dalam latihan gabungan Ulchi Freedom Shield.
Presiden Yoon juga menekankan bahwa semua perwira harus berusaha untuk menjelaskan kepada rezim Korut bahwa menyerang Korsel akan menandakan kehancurannya. Yoon juga menyebut bahwa para perwira Korsel dan AS yang mengambil bagian dalam latihan Ulchi Freedom Shield merupakan pondasi bagi postur pertahanan gabungan dan inti dari aliansi Korsel-AS. AFP/KBS/I-1