Teknologi pengukuran suhu thermogun tidak menggunakan laser, melainkan sinar infra merah (infrared). Selama ini alat thermogun dengan laser hanya ditemui untuk keperluan pengukuran temperatur industri, bukan medis.

Ketua Departemen Fisika Kedokteran dan Ketua Klaster Medical Technology IMERI, FKUIPrasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T, Ph.D menerangkan, beberapa thermogun industri mungkin saja dilengkapi laser energi rendah. Namun, fungsinya sebagai penunjuk (pointer) untuk ketepatan arah, sehingga tidak ada kaitan langsung dengan fungsi pengukuran temperatur.

Apakah laser tersebut berbahaya untuk otak manusia? Sama halnya dengan laser pointer, laser pada thermogun industri tidak ada efek berbahaya untuk otak. Hanya, jangan sampai menembak ke mata secara langsung karena dapat merusak retina.

"Yang jelas, penggunaan thermogun industri untuk mendeteksi temperatur tubuh manusia tidak tepat karena bukan peruntukannya," ujar dia.

Ia menjelaskan satu parameter penting yang menentukan tingkat akurasi pengukuran thermogun adalah perbandingan jarak dengan luas titik pengukuran. Biasanya, angka perbandingan ini 12 berbanding 1. Artinya untuk mengukur suatu titik dengan luas 1 cm persegi, jarak pengukuran ideal adalah 12 cm.

"Di sinilah sebenarnya peran laser dalam suatu thermogun, yaitu membantu operator menentukan titik pusat pengukuran. Namun alat thermogun dengan laser hanya ditemui untuk keperluan pengukuran termperatur di industri, bukan untuk medis," katanya.

Sementara itu, thermometer infra merah atau thermogun yang tersedia di pasaran umumnya ada dua yaitu dipakai dalam mendeteksi temperatur gendang telinga (termometer telinga) atau temperatur dahi (termometer dahi).

"Thermometer dahi lebih cocok untuk skrining gejala demam Covid-19 karena hanya perlu "ditembak" ke arah dahi, tanpa perlu kontak atau bersentuhan langsung dengan kulit," ujar dia.

Thermometer jenis thermogun bekerja dengan mendeteksi temperatur arteri temporal pada dahi untuk memperkirakan suhu tubuh seseorang. Akurasi pengukurannya tergantung pada jarak dan sudut alat thermogun terhadap objek yang diukur. Dengan sudut yang berbeda biasanya akan menghasilkan suhu yang berbeda pula.

Agar pengukurannya tetap akurat untuk indikator kesehatan, thermogun direkomendasikan untuk dikalibrasi minimal 1 tahun sekali. Kalibrasi diperlukan agar skrining suhu terjaga akurasinya karena informasi yang salah bisa membuat gagal skrining suhu, misalnya, positif palsu atau negatif palsu, sehingga membahayakan banyak orang.

Prasandhya berpesan, pengukuran temperatur tubuh dengan thermogun tidak bisa dijadikan acuan utama terkait apakah seseorang menderita Covid-19 atau tidak, karena pasien Covid-19 bisa muncul, tanpa gejala demam.

"Kami berharap penggunaan thermogun secara luas di tempat-tempat publik seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan layanan transportasi publik disertai dengan SOP yang jelas," ujarnya. hay/G-1*

Baca Juga: