PARIS - Sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan pada Senin (29/1), menyebutkan, cara pangan diproduksi dan dikonsumsi di seluruh dunia telah menimbulkan kerugian tersembunyi berupa dampak kesehatan dan kerusakan lingkungan yang mencapai sekitar 12 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia per tahun.

Dalam penelitian tersebut, sebuah konsorsium ilmuwan dan ekonom menemukan transformasi sistem pangan di seluruh dunia dapat mencegah 174 juta kematian dini, membantu dunia mencapai target iklim, dan memberikan manfaat ekonomi sebesar 5 triliun dollar AS hingga 10 triliun dollar AS.

Dikutip dari The Straits Times, meskipun produksi pangan intensif telah membantu memberi makan populasi global yang meningkat dua kali lipat sejak tahun 1970-an, laporan tersebut menemukan hal ini menimbulkan beban yang semakin besar bagi manusia dan planet ini.

Pola makan yang buruk menyebabkan obesitas atau kekurangan gizi dan penyakit kronis yang menyertainya, sementara praktik pertanian yang mencemari mendorong pemanasan global dan hilangnya keanekaragaman hayati, sehingga mengancam potensi dampak bencana iklim yang akan berdampak buruk pada kemampuan dunia untuk memproduksi pangan.

"Kita mempunyai sistem pangan yang luar biasa," kata Vera Songwe, ekonom dari Inisiatif Pertumbuhan Afrika di Brookings Institution, dan bagian dari Komisi Ekonomi Sistem Pangan atauFood System Economics Commission (FSEC), yang menyusun laporan tersebut.

"Tetapi hal ini telah menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat, dan masa depan serta perekonomian kita," katanya.

Para peneliti memperkirakan, total biaya yang kurang dihargai dari sistem pangan mencapai 15 triliun dollar AS per tahun. Jumlah tersebut mencakup sekitar 11 triliun dollar AS setiap tahunnya yang berasal dari hilangnya produktivitas yang disebabkan oleh penyakit terkait makanan seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.

Kerugian lingkungan diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS akibat penggunaan lahan pertanian dan metode produksi pangan saat ini, yang menurut para ilmuwan menyumbang sepertiga emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Para penulis juga membandingkan pemodelan komputer mengenai konsekuensi pada tahun 2050 dari kelanjutan tren saat ini dan transformasi sistem pangan hipotetis.

Mereka mengatakan dengan jalur yang ada saat ini, sistem pangan saja akan mendorong pemanasan global melampaui ambang batas yang lebih ambisius dalam kesepakatan Paris, yaitu 1,5 derajat Celcius dibandingkan masa pra-industri.

Suhu pemanasan global bisa mencapai 2,7 derajat Celcius pada tahun 2100, sementara produksi pangan akan semakin terpukul oleh perubahan iklim.

Obesitas juga akan meningkat secara global sebesar 70 persen, kata mereka, sementara sekitar 640 juta orang masih mengalami kekurangan berat badan.

Dengan membayangkan sistem yang lebih baik, penulis laporan tersebut mengatakan kebijakan yang lebih efektif dapat memperbaiki pola makan, secara drastis mengurangi kematian akibat penyakit kronis akibat pola makan, sekaligus mengubah sistem pangan menjadi sumber penyimpan karbon pada tahun 2040, sehingga membantu dunia tetap berada dalam sasaran iklimnya.

Namun laporan tersebut, yang muncul ketika para petani di seluruh Eropa melakukan protes atas berbagai keluhan termasuk pendapatan dan peraturan lingkungan hidup, mengakui perubahan akan menjadi sebuah tantangan.

Para penulis mendesak para pembuat kebijakan untuk memberikan kompensasi kepada mereka yang tertinggal akibat peralihan ke sistem yang lebih berkelanjutan, mengingat mempromosikan pola makan yang lebih sehat akan memiliki prioritas dan fokus yang berbeda di berbagai belahan dunia.

Laporan ini muncul setelah Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau Food and Agriculture Organisation (FAO), merilis penelitian pada bulan November lalu yang memperkirakan biaya tersembunyi dari sistem pangan di seluruh dunia berjumlah sekitar 10 triliun dollar AS per tahun atau hampir 10 persen dari PDB.

Ilmuwan dari Potsdam Institute for Climate Impact Research dan FSEC, Johan Rockstrom, mengatakan fakta kedua kelompok tersebut menghasilkan "jumlah yang sangat dramatis", melebihi 10 triliun dollar ASadalah alasan untuk percaya pada temuan tersebut.

Namun dia memperingatkan proyeksi masa depan bersifat "konservatif" karena meskipun dunia berhasil beralih dari bahan bakar fosil, sistem pangan dapat mendorong suhu dunia mencapai 1,5 derajat Celcius dengan sendirinya.

"Hal ini kemungkinan besar berarti perubahan yang tidak dapat diubah pada sistem pendukung kehidupan utama di bumi, yang berarti bahwa harga yang terkait dengan sistem pangan akan meningkat dengan sangat cepat untuk biaya tersembunyi yang tidak termasuk dalam analisis ini," katanya.

Baca Juga: