Kapal-kapal kontainer tidak berani melewati Laut Merah menuju Suez karena khawatir serangan Houthi dapat memicu ledakan.

NEW YORK - Volume lalu lintas komersial yang melewati Terusan Suez telah turun 42 persen dalam dua bulan terakhir setelah serangan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi di Yaman. Kondisi ini mengancam perekonomian dunia.

Dikutip dari The Straits Times, Kamis (25/1), kelompok Houthi yang didukung Iran, mengatakan serangan mereka menargetkan kapal komersial dan militer yang terkait dengan Israel di wilayah tersebut, sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. Ini mendorong beberapa pengangkut kargo untuk mengambil rute yang lebih panjang dan lebih mahal untuk menghindari serangan.

"Kami sangat prihatin bahwa serangan terhadap pelayaran Laut Merah menambah ketegangan pada perdagangan global, memperburuk gangguan perdagangan (yang sudah ada) karena geopolitik dan perubahan iklim," kata Ketua Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB atau UN Conference on Trade and Development (UNCTAD), Jan Hoffman.

Menurut UNCTAD, kapal-kapal yang beralih dari Laut Merah dan harus berlayar mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika Selatan telah menyebabkan penurunan transit melalui Terusan Suez sebesar 42 persen dalam dua bulan terakhir.

Terusan Suez di Mesir menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah. Menurut Hoffman, lebih dari 80 persen volume perdagangan barang internasional dilakukan melalui laut.

"Transportasi maritim benar-benar merupakan jalur kehidupan perdagangan global," katanya.

Menurut UNCTAD, jumlah transit kapal kontainer mingguan melalui Suez telah menurun sebesar 67 persen dari tahun ke tahun, karena lebih dari 20 persen perdagangan kontainer dunia melewati Terusan Suez.

"Mengingat kapal kontainer berukuran besar yang beralih dari Terusan Suez, penurunan daya angkut kontainer bahkan lebih besar lagi," kata Hoffman.

Lalu lintas kapal tanker turun 18 persen, transit kapal kargo curah yang membawa biji-bijian dan batu bara turun 6 persen, dan transportasi gas terhenti.

Situasi ini menjadi lebih buruk karena jalur perdagangan maritim global lainnya juga menghadapi gangguan, dengan pembatasan transit melalui Laut Hitam sejak invasi Russia ke Ukraina dua tahun lalu, yang menyebabkan harga pangan global melonjak.

Kekeringan di Amerika Tengah juga telah menyebabkan turunnya permukaan air di Terusan Panama, sehingga secara signifikan mengurangi jumlah lalu lintas yang dapat melintasi jalur penting tersebut.

Peti Kemas

Hoffmann menambahkan bahwa tiga rute utama perdagangan internasional, termasuk Ukraina dan Terusan Panama, telah terganggu.

"Kita melihat dampak global dari krisis di mana kapal-kapal mencari rute alternatif untuk menghindari Terusan Suez dan Panama," jelasnya.

Rute Laut Merah dan Terusan Suez sangat "penting" untuk jalur perdagangan dunia, ujar Hoffman.

"Terusan Suez menangani sekitar 12 sampai 15 persen perdagangan dunia. Terusan Suez bahkan lebih penting untuk pengiriman peti kemas, di mana 20 persen dari peti kemas dunia melewati perairan tersebut," ungkap Hoffmann.

Rata-rata tarif pengiriman peti kemas dari Shanghai meningkat 122 persen, lebih dari dua kali lipat, sejak awal Desember, dan tarif pengiriman dari Shanghai ke Eropa meningkat 256 persen, lebih dari tiga kali lipat.

Tarif spot untuk mengirimkan kontainer dari Tiongkok ke Los Angeles, AS telah melonjak sebesar 38 persen dalam seminggu selama 18 Januari menjadi 3.860 dollar AS atau sekitar 60 juta rupiah.

Aksi Houthi tersebut membuat Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan balasan terhadap Houthi di Yaman. Laut Merah adalah salah satu rute perairan yang paling sering digunakan untuk pengiriman minyak dan bahan bakar dunia.

Baca Juga: