Kenaikan laba bersih PT Bukit Asam Tbk ditopang oleh pertumbuhan yang tinggi dari volume produksi, angkutan, dan penjualan.
JAKARTA - Emiten pelat merah bidang pertambangan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), membukukan laba bersih naik 142 persen menjadi 1,723 triliun rupiah pada semester pertama tahun ini dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 711,77 miliar rupiah.
"Kenaikan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan yang tinggi dari volume produksi, angkutan, dan penjualan, optimasi harga jual rata-rata batu bara, serta efisiensi yang secara terus menerus dilakukan," ujar Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, di Jakarta, pekan lalu.
Ia mengemukakan meski terjadi peningkatan volume produksi sebesar 23,3 persen dan volume penjualan sebesar 13,4 persen pada periode Januari- Juni 2017. Namun, beban pokok penjualan dapat dikendalikan hanya naik 10 persen, hal itu sejalan dengan efisiensi dan optimasi yang dilakukan perseroan.
"Efisiensi yang dilakukan perseroan salah satunya dari sisi operasional, rasio pengupasan batu bara turun menjadi 3,93 kali dari dari sebelumnya 5,47 kali," paparnya. Sementara itu, tercatat total produksi pada periode itu mencapai 9,43 juta ton atau 123,3 persen dibandingkan periode same tahun sebelumnya sebesar 7,65 juta ton, sedangkan pembelian tercapai 172 ribu ton.
Pada tahun ini, Arviyan mengemukakan bahwa produksi batu bara hingga akhir tahun nanti akan lebih besar dibanding realisasi tahun lalu. Perusahaan merencanakan produksi dan pembelian batu bara mencapai sebesar 22,37 juta, naik 9,9 persen dari sebelumnya 19,95 juta ton sepanjang 2016.
"Sebesar 21,92 juta ton berasal dari produksi internal, sementara sisanya berasal dari pembelian batu bara dari pihak ketiga," katanya. Arviyan Arifin juga mengatakan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8 (Banko Tengah 2 x 620 MW) yang berada di Muara Enim, Sumatera Selatan, akan segera dibangun bersama China Huadian. "Konstruksi akan dimulai pada 2018 nanti, dan commercial operating date (COD) pada 2021," katanya.
Serapan "Capex"
Direktur Keuangan PTBA, Orias Petrus Moedak, menambahkan perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) dua triliun rupiah pada tahun ini. Namun, serapannya hingga semester I 2017 masih tergolong mini, yakni sekitar 25 persen. "Serapannya baru sekitar 500 miliar rupiah," ujar Orias.
Masih kecilnya serapan tersebut lantaran PTBA belum banyak mengerjakan proyekproyek pembangkit listrik. Sepanjang semester I, serapan capex itu lebih banyak digunakan untuk operasional pertambangan. Mulai semester II ini serapan capex PTBA akan menjadi lebih maksimal.
Sebab, sejumlah proyek pembangkit listrik akan dimulai. Salah satunya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Banko Tengah Sumsel 8 berkapasitas 2 x 620 megawatt (MW).
Sejumlah proyek PLTU lainnya juga akan dikerjakan seperti PLTU Mulut Tambang Peranap berkapasitas 2 x 300 MW, PLTU Mulut Tambang Sumsel enam berkapasitas 2 x 300 MW, PLTU Halmahera Timur 2 x 40 MW, dan PLTU Kuala Tajung 2 x 350 MW.
PTBA menargetkan produksi batu bara mencapai 22,37 juta ton di 2017, naik 12,13 persen dari sebelumnya 19,95 juta ton sepanjang 2016, sedangkan penjualan PTBA menargetkan pertumbuhan hingga 23,17 juta ton, naik 22 persen dibanding realisasi penjualan tahun lalu.
Ant/AR-2