Ukraina menanti putusan dari Brussels atas tawaran bergabung dengan Uni Eropa dan berharap bisa bergabung walau untuk mendapatkan keanggotaan sebenarnya butuh waktu bertahun-tahun.

BRUSSELS - Para pemimpin Uni Eropa (UE) bertemu pada Kamis (23/6) untuk membahas tawaran Ukraina untuk bergabung dengan blok itu. Pertemuan itu digelar ketika ketegangan antara negara-negara UE dan Russia semakin memanas dalam karena ancaman penghentian pasokan gas Moskwa ke Eropa dan pasukan Russia kian mendekati kota-kota utama garis depan di Donbas.

"Ini adalah momen yang menentukan bagi UE. Sebuah pilihan harus dibuat hari ini yang akan menentukan masa depan, stabilitas, keamanan dan kemakmuran UE," kata Presiden Dewan UE, Charles Michel, kepada wartawan jelang dilaksanakannya perundingan.

Sementara itu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan dirinya telah melakukan "maraton" telepon sebelum pertemuan itu, dan kemungkinan Ukraina akan disetujui untuk bergabung dengan UE meskipun keanggotaan sebenarnya di blok itu masih membutuhkan waktu bertahun-tahun lagi.

"Kami sedang menunggu lampu hijau, bagi Ukraina untuk mendapatkan status kandidat," kata kepala kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, di media sosialTelegram.

Sementara itu dari medan pertempuran di Donbas dilaporkan situasinya menjadi semakin genting setelah pasukan Russia memperkuat cengkeraman mereka di kota penting Severodonetsk dan kota kembarannya, Lysychansk, yang ada di seberang Sungai Donetsk.

Jika dua kota berhasil dikuasai, maka akan memberi Moskwa kendali atas seluruh Lugansk dan memungkinkan pasukan Russia untuk terus merangsek maju lebih jauh ke Donbas dan berpotensi lebih jauh ke barat.

Menanggapi kian panasnya situasi peperangan di garis depan, seorang perwakilan separatis pro-Russia di Ukraina mengatakan kepadaAFPbahwa perlawanan pasukan Ukraina yang berusaha mempertahankan Lysychansk dan Severodonetsk tidak ada gunanya dan sia-sia.

"Dengan kecepatan gerak tentara kami, secepatnya seluruh wilayah Republik Rakyat Lugansk akan dibebaskan," kata juru bicara tentara Lugansk, Andrei Marochko.

Ditengah situasi pasukan Ukraina yang kian terdesak di wilayah Donbas, Kyiv pada Kamis mengatakan bahwa pihaknya telah menerima pengiriman sistem artileri presisi canggih dari Amerika Serikat (AS).

"(Artileri roket) Himars telah tiba di Ukraina. Terima kasih kepada kolega dan teman saya @SecDef Lloyd J Austin III atas senjata canggih ini! Musim panas ini akan makin panas bagi penjajah Russia," cuit Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov, di media sosialTwitter.

AS dan mitra NATO telah mengirim persenjataan berat ke Ukraina seperti howitzer dan artileri roket Himars yang lebih canggih daripada persenjataan yang dimiliki oleh pasukan Russia.

Eksekusi Jurnalis

Sementara itu sebuah kelompok perlindungan hak media internasional menyatakan bahwa seorang jurnalis foto Ukraina, yang jasadnya ditemukan di dekat Kyiv pada April lalu, tampaknya dieksekusi oleh tentara Russia.

Reporters Without Borders mengungkapkan Maks Levin hilang pada Maret lalu saat meliput invasi Russia di Ukraina. Jasadnya ditemukan bersama temannya, seorang tentara Ukraina, di sebuah hutan.

Sebuah laporan yang dirilis kelompok itu pada Rabu (22/6) menyebutkan bukti-bukti mengindikasikan bahwa Levin ditembak di kepala dalam jarak dekat. Disebutkan juga bahwa temannya, tentara Ukraina itu, kemungkinan dibakar hidup-hidup.

Sekjen Reporters Without Borders, Christophe Deloire, mengatakan sejumlah bukti jelas menunjukkan eksekusi yang kemungkinan dilakukan setelah interogasi atau bahkan penyiksaan. Deloire menambahkan pihaknya akan berjuang untuk mengidentifikasi dan menemukan pelaku yang mengeksekusi kedua pria tersebut. AFP/NHK/I-1

Baca Juga: