Upaya untuk menyelamatkan warga sipil yang terjebak dalam pertempuran di Ukraina semakin penting. Namun Ukraina menolak tawaran koridor kemanusiaan dari Moskwa.

KYIV - Ukraina pada Senin (7/3) menolak tawaran Moskwa untuk membuat koridor kemanusiaan dari beberapa kota yang dibombardir setelah muncul beberapa rute yang akan menggiring pengungsi Ukraina ke Russia atau Belarus.

Usulan Russia tentang perjalanan yang aman dari Kharkiv, Kyiv, Mariupol dan Sumy bagi warga sipil Ukraina yang ketakutan datang setelah mendapat kecaman dalam upaya gencatan senjata sebelumnya.

Serangan Russia tanpa henti dari udara, darat dan laut, semakin meningkatkan urgensi bencana kemanusiaan yang telah mendorong lebih dari 1,7 juta orang melintasi perbatasan Ukraina.

Tetapi beberapa rute mengarah ke Russia atau sekutunya Belarus, menimbulkan pertanyaan tentang keselamatan mereka yang mungkin menggunakannya, apalagi Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) telah memperingatkan bahwa jalanan yang akan dipakai untuk koridor kemanusiaan mungkin telah banyak dipasangi ranjau.

"Ini bukan pilihan yang dapat diterima," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk.

Sementara itu jurnalis AFP di lapangan melaporkan bahwa ribuan warga sipil Ukraina telah melarikan diri dari pertempuran melalui koridor kemanusiaan tidak resmi di Irpin, pinggiran di sebelah barat Kyiv.

"Saya sangat senang bisa keluar," kata Olga, seorang perempuan berusia 48 tahun yang pergi dengan dua anjingnya.

Anak-anak dan orang tua digendong di atas karpet yang digunakan sebagai tandu di rute tersebut, yang mengarah ke jembatan darurat dan kemudian satu jalur yang diamankan oleh tentara dan sukarelawan.

Warga sipil berbondong-bondong meninggalkan kota yang dikepung pasukan Russia setelah sehari sebelumnya sebuah keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak-anak terbunuh akibat sasaran tembak ketika mereka mencoba meninggalkan daerah yang dilanda pertempuran.

Janji Netralisasi

Sementara itu dilaporkan pula bahwa aksi pemboman masih intens di Kota Kharkiv. Akibatnya kota terbesar kedua di Ukraina itu mengalami kebakaran hampir tanpa henti dalam beberapa hari terakhir.

"Musuh melanjutkan operasi ofensif terhadap Ukraina, dengan fokus pada pengepungan Kyiv, Kharkiv, Chernihiv, Sumy dan Mykolayiv," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalam sebuah pernyataan.

Pertempuran selama dua belas hari telah menewaskan ratusan warga sipil dan melukai ribuan lainnya. Arus pengungsi yang tak berkesudahan telah membanjiri negara-negara tetangga dan PBB menyebut tragedi ini sebagai krisis pengungsi yang paling cepat berkembang di Eropa sejak Perang Dunia II.

Sekutu Barat telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap bisnis, bank, dan miliarder dalam upaya untuk mencekik ekonomi Russia dan menekan Moskwa untuk menghentikan serangannya.

Tetapi Presiden Russia, Vladimir Putin, menyamakan sanksi global dengan deklarasi perang dan memperingatkan bahwa Kyiv harus mempertanyakan masa depan negara Ukraina jika terus melakukan melawan.

Saat memutuskan untuk menginvasi Ukraina, Presiden Putin telah menjanjikan netralisasi Ukraina baik melalui negosiasi atau perang. Saat ini kedua belah pihak sedang melakukan perundingan putaran ke-3, namun harapan untuk bisa meredakan konflik amat tipis.AFP/I-1

Baca Juga: