Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Salem Abdullah al-Jaber al-Sabah telah menegaskan bahwa negaranya berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 di sektor minyak dan gas. Sementara, Kuwait juga siap mencapai netralitas karbon dari sektor lain tahun 2060 mendatang.
Sheikh Salem juga menegaskan, Kuwait telah melaksanakan sejumlah proyek yang tengah dikerjakan untuk melestarikan lingkungan dan mengurangi emisi. Hal tersebut disampaikan Sheikh Salem kepada kantor berita Kuwait yakni KUNA, dalam sela-sela gelaran KTT Iklim PBB COP27 dan KTT Inisiatif Hijau Timur Tengah yang saat ini diadakan di Mesir.
"Kuwait, pengekspor minyak utama dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), untuk mencapai netralitas karbon adalah janji serius yang solid yang akan kami komitmenkan," kata Sheikh Salem, dikutip dari Reuters, Selasa (8/11).
Ia juga menjelaskan, Kuwait akan tetap pada semua komitmen yang telah dibuat sejak peluncuran konferensi iklim pertama di ibukota Brasil pada tahun 1992 silam hingga konferensi Paris pada tahun 2015 lalu.
Sementara itu, Sheikh Salem mengatakan bahwa Putra Mahkota Kuwait Sheikh Mishal al-Ahmad al-Jaber al-Sabah turut mengambil bagian dalam dua KTT dan menyampaikan pesan penting di mana dia menyoroti upaya Kuwait dalam mengurangi emisi karbon. Hal tersebut disampaikan Sheikh Mishal saat berpidato di KTT Inisiatif Hijau Timur Tengah yang diadakan di sela-sela COP27 dan mengutip proyek untuk memperluas area hijau.
Inisiatif Hijau Timur Tengah diluncurkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman tahun lalu sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi emisi karbon regional.
Sheikh Salem juga mengatakan bahwa salah satu tujuan KTT PBB adalah untuk mendorong negara-negara dunia untuk mengumumkan tanggal tertentu untuk mencapai netralitas karbon. Ini menjadi bukti bahwa Kuwait telah berjanji untuk mencapai tujuan itu pada tahun 2050.
Kuwait menjadi salah satu dari banyak negara yang berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon.
Pada bulan Oktober 2021, UEA juga mengumumkan inisiatif ambisius untuk mengurangi emisi karbon pada tahun 2050. Rencana tersebut akan menginvestasikan Dh600 miliar dalam sumber energi bersih dan terbarukan selama tiga dekade ke depan.
Mesir saat ini menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim PBB pada November 2022 (COP27), sementara UEA akan menjadi tuan rumah COP28 pada 2023 mendatang.
Kedua negara timur tengah tersebut diumumkan sebagai penerus untuk menjadi tuan rumah KTT perubahan iklim selama COP26, di mana hampir 200 negara telah berkumpul di Glasgow, Inggris untuk mengambil tindakan bersama untuk membatasi emisi gas rumah kaca global dan bersatu melawan perubahan iklim.