Kemdikbud diminta untuk menyamakan persepsi dengan para guru teknologi informasi komunikasi (TIK) bahwa TIK zaman lampau berbeda dengan zaman sekarang.

JAKARTA - Kurikulum Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang digunakan sekolah-sekolah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Memasuki era revolusi industri 4.0, kurikulum seharusnya menjawab tantangan zaman yakni menjadikan komputer sebagai pemecah persoalan.

Pengamat Pendidikan dari Eduspec Indonesia, Indra Charismiadji, mengatakan pembelajaran TIK disekolah saat ini masih berkutat pada bagaimana mengoperasikan komputer dan menyelesaikan pekerjaan kantor. Padahal, di era revolusi industri 4.0, tuntutan terhadap TIK sudah sampai pada bagaimana memecahkam masalah dengan menggunakan komputer.

"Sekarang itu TIK sudah bergerak ke arah pemrograman atau coding dan sains komputer. Anggaran pendidikan kita 20 persen, tapi belum juga menyentuh itu," kata Indra dalam Rembuknas Guru TIK se-Indonesia, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Padahal, kata Indra, Menkominfo Rudiantara sudah mendorong agar pelajaran TIK yang memuat pembelajaran pemrograman ini masuk ke dalam kurikulum. "Anak sekarang tidak perlu diajari lagi bagaimana cara mengoperasikan komputer karena mereka memang penduduk asli dunia digital," tambah dia.

Pelajaran komputer sains atau pemograman saat ini sudah diajarkan di sekolah-sekolah di dunia, bahkan di Finlandia siswa belajar menyelesaikan masalah, sedangkan guru hanya fasilitator.

Dari model belajar itulah, diharapkan bisa lahir aplikasi-aplikasi yang membuat kehidupan manusia jadi lebih baik. "Bayangkan kalau ada tiap anak dalam setiap semester bikin satu aplikasi, akan ada jutaan aplikasi baru di Tanah Air," jelasnya.

Pelajaran komputer sains bisa dimulai dari level dasar. Tidak perlu memulai dari menggunakan komputer, tetapi dari kertas untuk mengajari anak bagaimana mengatasi masalah.

Indra mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyamakan persepsi dengan para guru TIK bahwa TIK zaman lampau berbeda dengan zaman sekarang.

"Para guru TIK siap untuk belajar. Jangan sampai kita ketinggalan dibandingkan negara lain. Jangan hanya yang ditambah pelajaran agama saja, tetapi pendidikan karakter dan lainnya kurang diperhatikan," imbuh dia.

Masuk Kurikulum

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Guru TIK Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Bambang Susetyanto, mendesak agar pelajaran mengenai TIK kembali dimasukkan ke dalam kurikulum. "Karena memang TIK ini menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan lagi dalam kehidupan siswa," ujar dia. Bambang juga meminta agar Kemdikbud tidak menganaktirikan guru TIK.

Untuk diketahui, Kemdikbud melakukan penghapusan pelajaran TIK pada Kurikulum 2013 dengan alasan mengurangi mata pelajaran. "Kemdikbud jangan menganaktirikan guru TIK. Kami akan perjuangkan kembali masuk ke kurikulum."

Sementara itu, Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Guru dan Tenaga Kependidkan, Bambang Winardji, mengatakan pendidikan TIK sendiri sudah diwadahi Kemdikbud dan dimasukkan ke dalam muatan lokal.

"Untuk memenuhi beban kerja, tidak hanya mengajar, tapi bisa juga melalui mempersiapkan, merencanakan, dan menerapkan manajemen informasi di sekolah. Jadi, guru TIK bisa memenuhi beban kerjanya," kata Bambang.cit/E-3

Baca Juga: