Kajian akademik Kurikulum Merdeka sudah tersedia. Pernyataan tersebut merespons banyak pihak yang menagih kajian akademik Kurikulum Merdeka.

JAKARTA - Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek Anindito Aditomo pun menegaskan jika kajian akademik Kurikulum Merdeka sudah tersedia. Pernyataan tersebut merespons banyak pihak yang menagih kajian akademik Kurikulum Merdeka.

"Mungkin dianggap tidak ada kajian akademiknya, karena judul kajiannya tidak menyebutkan Kurikulum Merdeka," ujar Anindito, dalam Media Gathering, di Jakarta, Selasa (2/4).

Dia menuturkan, kajian akademiknya telah dibuat beberapa kali. Kajian akademik pertama yakni saat Kurikulum Untuk Pemulihan Pembelajaran.

Anindito melanjutkan, pihaknya sengaja tak menuliskan secara langsung kajian Kurikulum Merdeka. Karena Kurikulum Merdeka merupakan paket dari kebijakan kurikulum yang ada.

"Dan itu memang sengaja. Karena Kurikulum Merdeka adalah bagian dari paket kebijakan kurikulum. Karena kan ada Kurikulum 13, Kurikulum Darurat. Makanya kajian itu untuk melandasi semua. Bukan berarti enggak ada Kurikulum Merdekanya di situ, itu ada," jelasnya.

Dia menerangkan, pihaknya mengaku telah memperhatikan landasan ilmiah dari kebijakan kurikulum yang diambil. Pun kajian tersebut juga sejak awal dibuka untuk publik. "Mungkin yang dipermasalahakan istilah naskah, tapi saya enggak akan berdebat dengan bungkus ya, tapi isinya," ucapnya.

Kaji Penerapan

Anindito mengungkapkan, pihaknya bakal melihat seberapa besar Kurikulum Merdeka bisa mendorong terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga didapatkan hasil final bagaimana peningkatan yang terjadi pada murid.

Disamping itu, saat ini ia meyakini jika hasil kajian itu akan baik. Dimana terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dari kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum 2013. "Secara umum, ya meningkat, semakin tinggi peningkatan literasi numerasinya dibandingkan K13 itu secara nasional," katanya.

Dia menambahkan jika hasil kajian itu merupakan hasil murni secara nasional. Karena data yang diambil bukan survei. "Ini bukan data satu, dua sekolah, bukan survei beberapa tempat, tapi seluruh sekolah," terangnya. ruf/S-2

Baca Juga: