Kemendikbudristek resmi mengesahkan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional dengan dikeluarkannya Permendikbudristek Nomor 12 tahun 2024.

Kemendikbudristek resmi mengesahkan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional dengan dikeluarkannya Permendikbudristek Nomor 12 tahun 2024.

JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengesahkan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional. Hal tersebut ditandai dengan adanya Permendikbudristek nomor 12 tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah.

"Kita mau bikin kurikulum yang membuat guru dan murid senang belajar Udah, itu poinnya. Kadang-kadang kita terlalu repot dalam berbagai macam terminologi yang terlalu akademis atau apa," ujar Mendikbudristek, Nadiem Makarim, dalam Peluncuran Permendikbudristek 12/2024, di Jakarta, Rabu (27/3).

Dia menerangkan, kebutuhan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional untuk memberikan kompetensi yang sesuai kehidupan nyata di antaranya kolaborasi dan kreativitas. Menurutnya, kurikulum sebelumnya lebih menekankan pada proses menghafal.

"Kemampuan-kemampuan di dunia nyata seperti kolaborasi, kreativitas yang jauh lebih penting daripada menghafal dan mengambil ujian. Sejak kapan kita di dunia pekerjaan ada ujian Bapak Ibu? Tidak," jelasnya.

Tema Esensial

Nadiem mengungkapkan, ada tiga tema esensial dalam Kurikulum Merdeka. Pertama adalah materi jauh lebih ringkas dan sederhana serta fokus kepada konten esensial.

"Materi tidak dipadatkan dengan titipan dari berbagai macam pihak yang korbannya menjadi murid. Di mana semua orang ingin masukin lagi konten, masukin lagi konten, tambah bukunya berjejel," katanya.

Dia menilai, kurikulum dengan materi yang banyak membuat guru hanya fokus menyelesaikan kurikulum saja. Dengan demikian, guru tidak memiliki fleksibilitas dalam pembelajaran.

Nadiem melanjutkan, fleksibilitas menjadi tema kedua dalam Kurikulum Merdeka. Sebagai contoh, guru bisa mengulang pembelajaran jika ada murid yang membutuhkan.

"Banyak orang punya salah paham dengan Kurikulum Merdeka. Bilangnya ini kurikulum yang oh ini hanya untuk guru-guru, anak-anak hanya untuk anak-anak pintar, guru-guru yang sudah jago kompetensinya. Salah total," ucapnya.

Dia menyebut, tema ketiga adalah pembelajaran holistik dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi kurikulum. Tema tersebut diimplementasikan melalui berbagai macam project based learning seperti P5.

"Kurikulum Merdeka diluncurkan itu setelah total kurikulum merdeka sudah 3 tahun kita mengimplementasi Kurikulum Merdeka," terangnya.

Kepala Badan Standar, Asesmen, dan Kurikulum Pendidikan, menyebut, saat ini masih ada 20 persen sekolah belum mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Mereka akan melalui masa transisi, untuk sekolah di wilayah 3T maksimal berlangsung selama 2-3 tahun, sedangkan yang bukan 3T maksimal 2 tahun. ruf/S-2

Baca Juga: