Umat Islam I n d o n e s i a dalam menunaikan ibadah haji harus mengantre lama. Daftar tunggu bisa mencapai 10 hingga 20 tahun lebih. Mestinya, ini menunjukkan, animo dan kesadaran beragama umat sangat tinggi. Para hujjaj dalam tentu bercita-cita meraih haji mabrur yang mampu mengubah mindset, kepribadian, dan perilaku menjadi lebih saleh. Hidupnya menjadi bermanfaat bagi umat dan bangsa.

Haji adalah ibadah multidimensi, multinilai, multisubstansi, dan multioreintasi. Karena ritualitas haji bukan sekadar ritual fisikal-finansial (ibadah jismiyyah maliyyah) yang melelahkan, tapi juga mental spiritual, sosial, ekonomi, multikultural, dan berwawasan internasional. Pertanyaannya, jika salah satu tujuan ibadah haji menyaksikan aneka manfaat "muktamar internasional" umat Islam, sudahkah itu berfungsi sebagai forum konsolidasi dan kohesi umat yang membuahkan solidaritas universal?

Dewasa ini, dunia Islam sedang diuji dan diporak-porandakan. Sebagian negara Islam mengalami perang saudara dan menjadi ajang bisnis senjata. Disintegrasi dan kerusakan dalam segala bidang akibat perang yang menghancurkan peradaban seperti di Suriah, Irak, Yaman, Afganistan, dan Palestina sangat memilukan.

Bagaimana ibadah kurban dan haji dapat menginspirasi aktualisasi solidaritas kemanusiaan universal? Syariat kurban bukan sekadar penyembelihan dan pembagian daging kurban bagi orang yang berhak menerima. Kurban sarat makna dan pesan universal, di antaranya kurban menumbuhkan kesadaran, etos berbagi dan berempati.

Dia membentuk kohesi, pendekatan, persaudaran sosial pemberi dan penerima. Tradisi pengorbanan manusia, dalam berbagai bentuknya, termasuk terorisme dan diskriminasi, harus diakhiri dan diganti dengan mengurbankan hewan. Menyembelih hewan sejatinya mengajarkan "penyembelihan" sifat dan karakter binatang yang egoistis, pemarah, rakus, pemangsa, dan pembunuh sesamanya. Hal-hal tersebut senapas dengan pesan kemanusiaan luhur ibadah haji, terutama penegakan hak-hak asasi manusia (HAM).

Persamaan, persatuan, antidiskriminasi, dan perundungan merupakan pesan moral dari pakaian ihram yang dikenakan jamaah haji dari miqat (titik permulaan) hingga tahallul(waktu finalisasi manasik haji dan umrah). Tawaf (mengelilingi kabah) sebanyak tujuh kali putaran melambangkan "tasbih" kehidupan yang mengharuskan jemaah haji berada di orbit tauhid. Artinya, kehidupan ini harus dilandasi akidah tauhid secara konsistensi berjuang demi kebenaran.

Tawaf mendidik jemaah haji untuk melepaskan segala ikatan keduniaan, fanatisme sektoral, serta aneka kepentingan ideologi politik ekonomi menuju poros kehidupan yang terkoneksi dengan Sang Pemilik kekuasaan langit dan bumi. Tawaf adalah simbol gerak dinamis spiritual menuju tauhid sejati: integrasi umat manusia.

Pesan kasih sayang kemanusiaan didemonstrasikan melalui sai antarabukit shafa dan marwa. Keikhlasan, kesungguhan, dan kegigihan hajar dalam mencari dan menemukan "air kehidupan" bagi buah hatinya yang kehausan menjadi pesan universal jemaah haji agar tidak pernah lelah menyayangi anaknya sampai meraih cita-cita. Sai adalah simboletos perjuangan demi kasih sayang kemanusiaan yang harus bergerak dari shafa (ketulusan hati dan kejernihan pikiran) menuju marwa (citacita dan prestasi tinggi memberi kepuasan hati bagi diri sendiri dan orang lain).

Pesan universal tersebut adalah pentingnya kearifan personal dengan berhenti sejenak sambil makrifat diri, sehingga dapat merasakan kehadiran Allah SWT. Arafah merupakan simbol miniatur padang makhsyar yang dapat menumbuhkan kesadaran eskatologis tentang pentingnya evaluasi diri dan "pengadilan" diri sendiri sebelum diadili Yang Maha Adil.

Wuquf harus dijadikan sebagai momentum puncak kesadaran personal mengambil keputusan arif dan adil: apakah selama ini jemaah sudah menjadi hamba-Nya sejati. Ataukah masih menjadi pengabdi hawa nafsu? Apakah yang berwukuf sudah mengikuti kehendak Allah atau masih selalu mementingkan keduniaan?

Pesan universal pelemparan tugu simbolik jamarat di Mina symbol pentingnya eliminasi egoism keduniaan dengan etos perjuangan dan pengorbanan. Mina adalah simbolisasi citacita dan cinta. Karena cintanya yang sangat tulus kepada Allah, Ibrahim berkorban. Berjuang melawan hawa nafsu hanya bisa dimenangi dengan cinta yang tulus kepada Allah.

Ibadah kurban sungguh kaya inspirasi dan edukasi nilai. Dalam konteks kekinian, keduanya mesti dapat menumbuhkan dan meneguhkan solidaritas kemanusiaan universal. Kurban yang diikuti aneka suku bangsa, bahasa, negara, adatistiadat, watak, karakter, latar belakang sosial ekonomi dan budaya hendaknya melahirkan komitmen bersama untuk melawan aneka ketidakadilan, neokolonialisme, tirani, hegemoni asing, dan sebagainya.

Pesan universal kurban dan haji tersebut hendaknya menyatupadukan spirit penghapusan aneka bentuk kekerasan dan terorisme di mana pun dan oleh siapa pun. Melaluinya, Allah menitipkan pesan perdamaian dan solidaritas sosial universal dengan mengedepankan persaudaran, dialog, toleransi, menghargai kebinekaan, hidup rukun, harmoni, dan menjunjung tinggi penegakan HAM. Mereka yang berkorban dan jutaan hujjaj, tentu merupakan kekuatan besar.

Jika mereka bergandeng tangan, bersatu padu, bersinergi, dan bermitra mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa. Pesan solidaritas universal itu idealnya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, haji mabrur dan kurban yang tulus harus membuahkan sikap serta aksi solidaritas kemanusiaan universal. Ini diwujudkan dalam bentuk keteladanan hidup suci dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dr Muhbib Abdul Wahab, MA, Penulis Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan UMJ

Baca Juga: