Keterlibatan produk UMKM RI di rantai pasok nilai global sangat rendah dengan persentase 6,3 persen, jauh di bawah Malaysia 46,2 persen, Thailand 29,6 persen, Vietnam 20,1 persen, dan Filipina 21,4 persen.

Jakarta - Struktur ekonomi nasional saat ini didominasi usaha mikro. Karena itu, diperlukan terobosan untuk mendorong usaha mikro naik kelas menjadi lebih baik sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perekonomian nasional.

Kementerian Koperasi UKM mencatat sekitar 99,9 persen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini menguasai ekonomi Indonesia. Sayangnya, usaha mikro tersebut kebanyakan informal dan tidak produktif.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyampaikan Bank Dunia memberikan rekomendasi agar Indonesia menyiapkan pekerjaan kelas menengah dengan tiga strategi terintegrasi. Pertama, peningkatan pertumbuhan produktivitas secara menyeluruh.

Lalu, mengalih aktivitas ekonomi dan pekerja ke sektor perusahaan dan pekerjaan yang lebih produktif serta menghasilkan pendapatan lebih tinggi. Terakhir, membangun angkatan kerja dengan keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan kelas menengah, termasuk keterampilan kognitif, interpersonal, dan digital.

"Jadi, kemitraan UMKM dan BUMN dalam rantai pasok ini saya kira ini salah satu terobosan," ucap Teten, di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian BUMN serta Kementerian Perindustrian, di Jakarta, Jumat (3/9).

MoU tersebut terkait kemitraan koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah/ Industri Kecil, Menengah (UMKM/IKM) dalam rantai pasok BUMN dengan nilai kerja sama 52,23 miliar rupiah.

Teten menambahkan, jika melihat produk-produk UMKM di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan, sudah berbasis kreativitas dan inovasi teknologi. Sehingga, UMKM di negara-negara tersebut menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional dan global.

Adapun di Indonesia dinyatakan keterlibatan rasio produk UMKM dan rantai pasok nilai global masih rendah dengan persentase 6,3 persen. "Jauh di bawah Malaysia yang sudah mencapai 46,2 persen, Thailand 29,6 persen, Vietnam 20,1 persen, dan Filipina 21,4 persen," terangnya.

Selain itu, dikatakan kontribusi ekspor UMKM juga masih rendah dengan persentase 14 persen, jauh dibandingkan Tiongkok sebesar 70 persen dan Jepang sebanyak 54 persen. Karena itu, dia menilai UMKM harus segera menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional dan global.

Akses Pasar

Pada kesempatan sama, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan sudah saatnya bagi UMKM/IKM menjadi bagian penting dalam rantai pasok BUMN. Tujuannya agar IKM nasional mampu berdaya saing, dan memiliki akses pasar global.

"Saat ini, sektor IKM sebagai salah satu penyangga ekonomi dan tulang punggung perekonomian nasional harus terus diperkuat," ujarnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah unit usaha IKM mencapai 4,41 juta unit, menyerap tenaga kerja sebanyak 15,64 juta orang serta berkontribusi terhadap pertumbuhan industri nonmigas sebesar 21,22 persen, dengan sektor yang paling dominan adalah makanan dan minuman, fesyen, dan kerajinan.

Baca Juga: