JAKARTA - Kekalahan telak dengan skor 0-4 dari Libya menunjukkan kualitas tim nasional Indonesia sangat parah menjelang Piala Asia 2023. Kondisi ini sangat menyedihkan. Hasil seperti ini hanya membuang-buang uang karena harus pemusatan latihan di luar negeri.

Kalau hanya hasil sepesrti itu, pemusatan di dalam negeri saja. PSSI juga harus dikritik mengapa selalu mengiyakan Shin mengadakan pemusatan di luar negeri. Parahnya, hasilnya tetap buruk.

Pelatih Shin Tae Yong menurunkan dua tim berbeda di laga lawan Libya, Selasa (2/1) malam WIB. Setelah babak pertama selesai, banyak pergantian pemain dilakukan Shin Tae Yong.

Hanya Syahrul Trisna yang tidak ditarik keluar di babak pertama. Walaupun menurunkan dua tim berbeda, yang otomatis berarti punya tenaga lebih bugar, Timnas Indonesia belum bisa memberikan perlawanan.

Skuad Garuda memang menunjukkan penguasaan bola yang baik, terutama di pertengahan babak kedua. Namun hal itu tidak berarti banyak karena tidak mampu menciptakan peluang.

Dalam laga tersebut, Shin Tae-yong melakukan sejumlah perubahan dari sisi taktik dan komposisi pemain. Dia menggunakan formasi 4-4-2 yang sebelumnya jarang digunakan. Ia biasanya memakai formasi 3-4-3 atau 3-5-2.

Di awal babak pertama, Shin Tae-yong memainkan Dendy Sulistyawan sebagai penyerang tengah dan Rafael Struick sebagai winger kiri. Namun, seiring berjalannya laga, mereka kerap bertukar posisi. Memasuki babak kedua, pelatih berusia 53 tahun itu mengganti 10 pemain outfield.

Dia kembali bereksperimen dengan menempatkan Witan Sulaeman sebagai fullback kanan. Lalu Marselino Ferdinan ditugaskan menjadi deep-lying playmaker.

Percobaan taktik baru Shin Tae-yong tidak berjalan baik. Ini terlihat dari aliran bola yang kerap mandek di area sepertiga akhir lawan. Selain itu, empat gol Libya juga tercipta dari kesalahan sendiri para pemain Indonesia. ben/G-1

Baca Juga: