Kualitas SDM itu harus terus ditingkatkan seiring perkembangan teknologi yang makin cepat.

JAKARTA - Perubahan landscape bisnis dari konvensional ke modern akan mempengaruhi peradaban manusia. Karena itu, generasi muda harus meningkatkan keahliannya agar tidak digilas oleh perubahan model bisnis di masa depan.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Rizal Edi Halim, menyoroti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang bakal menggerus pekerja di masa depan. Menurut dia, apabila tak diantisipasi, bonus demografi bakal menjadi bencana kependudukan.

"Jadi, landscape bisnis itu akan mempengaruhi peradaban kita. Di dunia teknologi misalnya, perubahan itu sangat cepat, seperti yang terjadi pada kamera dan alat alat elektronik lainnya. Jadi, kualitas SDM itu harus terus ditingkatkan karena ke depan kita akan berhadapan dengan kenyataan itu," tegas Rizal Edi, Rabu (31/1).

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menuturkan dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045 untuk menjadi Negara Nusantara yang Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, pemerintah memiliki empat pilar utama yakni pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.

Selain itu, Indonesia juga memiliki kekuatan yang harus dimanfaatkan secara baik, di antaranya Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat (AS), memiliki peluang bonus demografi yang harus dioptimalkan. Kedua, wilayah Indonesia strategis menguntungkan dalam perdagangan internasional dan menjadikan Indonesia negara agraris. Terakhir, potensi sumber daya alam berlimpah.

"Bonus demografi ini menjadi penting karena ini seluruh adik-adik yang hadir di sini adalah bagian dari bonus demografi. Nah, bonus demografi ini akan menjadi aset, akan menjadi nilai yang produktif, kalau SDM-nya unggul dan kuat," ujar Airlangga saat memberikan sambutan mewakili Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam acara Kompetisi Ekonomi (KOMPek) ke-26 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa (30/1).

Meski demikian, sejumlah tantangan masih harus dihadapi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 seperti tingkat pendidikan dan produktivitas sumber daya manusia yang masih harus ditingkatkan, perubahan iklim yang berakibat pada mundurnya musim panen raya, dan stabilitas global.

Ubah Pendekatan

Airlangga menambahkan Indonesia perlu mengubah pendekatan dalam membangun masa depan dari reformatif menjadi transformatif melalui tiga area, yakni transformasi ekonomi, transformasi sosial, dan transformasi tata kelola.

Presiden Joko Widodo, lanjutnya, sudah mendorong transformasi di mana pertumbuhan ekonomi nasional sekarang mencapai lima persen, tertinggi di antara negara lain di dunia. Pada saat bersamaan, tingkat inflasi nasional tahun lalu berada di level 2,6 persen atau masih berada di kisaran target 2-4 persen.

"Jadi kalau dianalogikan, pertumbuhan ekonomi itu seperti naik gunung, makin tinggi, makin berat, napas makin susah. Nah, yang namanya inflasi sama aja hujan. Jadi kita mau naik gunung, hujan, jalan semakin licin. Nah, ini mengapa inflasi harus rendah, pertumbuhan harus tinggi, sehingga jumlah orang yang punya penghasilan sesuai dengan standar hidup itu akan semakin banyak. Indonesia juga optimis tahun 2024 ini ekonomi kita bisa tumbuh 5,2 persen," kata Menko Airlangga.

Baca Juga: