Peningkatan kualitas benih unggul padi diyakini mampu mendongkrak produktivitas beras sebagai pangan utama masyarakat Indonesia.

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan kualitas varietas benih padi unggul. Pasalnya, benih padi berperan penting dalam peningkatan produktivitas beras sebagai salah satu pangan pokok strategis di Indonesia.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan tanpa benih varietas unggul, Indonesia tidak akan bisa surplus beras seperti yang bisa dirasakan saat ini sehingga tidak perlu impor beras lagi. "Jadi, peningkatan produktivitas beras harus jadi tantangan kita bersama karena beras sangat penting bagi kehidupan bangsa," ucapnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Mentan mengatakan sesuai data produktivitas padi Indonesia menduduki urutan ke-2 dari sembilan negara anggota Badan Pangan Dunia (FAO) di Benua Asia. Urutannya, Vietnam, Indonesia, Bangladesh, Filipina, India, Pakistan, Myanmar, Kamboja, Thailand.

Mentan mengungkapkan dulu kalau pakai varietas Silugonggo hanya menghasilkan dua sampai tiga ton per hektare. Saat ini, lanjutnya, sudah ada varietas baru, seperti Ciherang, Inpari, dan lainnya, sudah diperkenalkan. Jadi, produktivitas petani makin naik, stok beras diharapkan naik.

"Tapi, saya tidak bisa terima kalau produktivitas padi hanya 5,2 ton per hektaer. Jadi ini harus ditingkatkan lagi," ujarnya.

Karena itu, dia meminta jajarannya meninjau benih padi, irigasi, sistem pemupukan, hingga pascapanen serta melakukan berbagai upaya agar produksi padi mulai dari hulu hingga hilir bisa lebih efisien. Selanjutnya, losses-nya pun berkurang dan hasil yang diperoleh menjadi lebih baik dan memberi keuntungan yang tinggi.

"Ini irigasi makin bagus, varietas makin bagus dan makin banyak. Kalau begitu di tahap mana yang perlu kita perbaiki lagi," terangnya.

Memperhatikan Ekosistem

Saat ini, Kementan membuat program pola tanam Indeks Pertanaman (IP) 400 atau tanam empat kali setahun untuk meningkatkan produksi pangan dalam menghadapi tantangan krisis pangan global. Cara ini juga sebagai inovasi tanam yang memperhatikan ekosistem sehingga membangun juga keberlanjutan usaha pertanian.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Hermanu Tri Widodo, menjelaskan pola tanam IP400 itu tidak berarti hanya menanam padi saja empat kali setahun, tapi bisa dengan yang lain sesuai dengan kreativitas. Pola tanam IP400 pun membawa perubahan baru dalam usaha pertanian yakni mengurangi penggunaan pupuk kimia dan memanfaatkan pupuk organik yang ada di sekitar sehingga kesehatan tanah tetap terjaga.

Dia mengatakan baik itu pola tanam IP100,IP200 dan IP300 tentu memiliki gangguan terhadap hama dan penyakit. Yang terpenting itu bagaimana menerapkan teknologi yang di perlukan untuk mitigasi.

"Pada pola IP400 ada prasyarat-prasyarat tentang maping area, tidak harus padi, padi, padi, padi, tapi bisa juga dengan palawija untuk memangkas penyebaran hama sesuai agroekosistem daerah masing-masing," demikian jelas Hermanu Widodo dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani, akhir pekan lalu.

IP400 merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi dan salah satu cara mengatasi alih fungsi lahan dan pertumbuhan penduduk. Ini merupakan hal baru, terobosan baru yang belum lama ini dimasifkan Kementan, kurang lebih dua tahun terakhir ini dikembangkan di seluruh provinsi.

Baca Juga: