WASHINGTON DC - Para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) membuktikan adanya momentum luar biasa dalam hubungan dengan Asean bahkan ketika Gedung Putih masih disibukkan dengan krisis geopolitik dan pemilihan presiden yang akan berlangsung kurang dari enam bulan lagi.

Semua itu terjadi walau ada beberapa ketidakserasian di negara-negara regional karena perang Israel-Palestina dan persaingan Washington DC dengan Tiongkok yang semakin melemahkan fokus pada hubungan dengan Asean.

Dalam wawancara eksklusif denganThe Straits Times, diplomat utama Presiden Joe Biden untuk Asia timur, Asisten Menteri Daniel Kritenbrink, dan Duta Besar AS untuk Asean, Yohannes Abraham, dengan tegas menolak persepsi tersebut.

"Tidak benar bahwa kami mengurangi keterlibatan kami dengan cara apapun," kata Kritenbrink. "Dengan segala ukuran, kita memasuki Asean pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami pikir ada momentum yang luar biasa di sini," imbuh dia, seraya menunjukkan bahwa pemerintahan Biden telah menunjukkan kepercayaannya pada Asean dalam sejumlah cara, termasuk meningkatkan hubungan dengan Kemitraan Strategis Komprehensif pada 2022.

Kritenbrink juga menyinggung bahwa Presiden Biden turut menghadiri pertemuan-pertemuan penting Asean di Phnom Penh dan menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Asean pada pertemuan puncak khusus AS-Asean yang bersejarah di Gedung Putih pada tahun itu. Namun pada tahun berikutnya, Biden melewatkan pertemuan puncak tahunan Asean di Jakarta dan mengirim Wakil Presiden Kamala Harris sebagai gantinya.

Dan pada 2024, ketika ketua Asean saat ini, Laos, menjadi tuan rumah pertemuan pada bulan Oktober, pemilihan presiden hanya tinggal beberapa pekan lagi, dan Biden sedang dalam tahap akhir kampanye.

Demikian pula, tidak ada kabar apakah para pemimpin Asean akan diundang lagi ke Gedung Putih pada tahun 2024. Apakah ini berarti Asean tidak lagi menjadi prioritas?

Kedua pejabat tersebut menolak gagasan tersebut. Mereka mengatakan Presiden Biden telah memberikan banyak bukti komitmennya terhadap Asean dengan menempatkannya sebagai inti dari strategi khas Indo-Pasifik yang diluncurkan pada 2022.

"Di sana, secara hitam dan putih, terdapat pernyataan presiden bahwa Asean dan kawasan ini adalah pusat dari segala hal yang kami lakukan," kata Kritenbrink. "Kami sangat yakin bahwa sebagian besar sejarah abad ke-21 akan ditulis di wilayah ini," imbuh dia.

Pandangan Analis

Di sisi lain, para analis mencatat bahwa Presiden Biden tidak lagi memikirkan Asean untuk meningkatkan hubungan bilateral, misalnya dengan meningkatkan hubungan dengan Filipina dan Vietnam. Ia juga secara aktif mengupayakan kerangka kerja minilateral seperti Quad (AS, India, Jepang, dan Australia) dan Aukus (AS, Inggris, dan Australia), yang tidak mencakup anggota Asean. Hal ini melemahkan sentralitas Asean dalam arsitektur regional, menurut pandangan beberapa analis.

Namun Dubes Abraham tidak setuju dengan pernyataan itu. "Fakta bahwa kita memiliki perluasan keterlibatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Asean dan kita memiliki hubungan bilateral yang baik di Asia tenggara bukanlah hal yang eksklusif, namun saling memperkuat," kata dia.ST/I-1

Baca Juga: