YOGYAKARTA - Organisasi kemanusiaan Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria memperingatkan krisis pangan global yang dipicu perang di Ukraina akan membunuh jutaan orang dengan membuat orang yang paling lapar lebih rentan terhadap penyakit menular.

Hal ini berpotensi memicu bencana kesehatan dunia berikutnya.

Blokade Angkatan Laut Russia di Pelabuhan Laut Hitam Ukraina telah menghentikan pengiriman bijibijian dari pengekspor gandum dan jagung terbesar keempat di dunia.

Ini meningkatkan momok kekurangan dan kelaparan di negara-negara berpenghasilan rendah.

Menurut Direktur Eksekutif Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, Peter Sands, dampak langsung dari kekurangan pangan berarti banyak yang akan mati tidak hanya karena kelaparan, tetapi juga karena pertahanan yang lebih lemah terhadap penyakit menular karena gizi buruk.

"Saya pikir kita mungkin sudah memulai krisis kesehatan berikutnya.

Ini bukan patogen baru, tetapi itu berarti orang yang kurang gizi akan lebih rentan terhadap penyakit yang ada," kata Sands dalam sebuah wawancara di sela-sela pertemuan menteri kesehatan G-20 di Yogyakarta, Kamis (23/6).

"Saya pikir dampak gabungan dari penyakit menular dan kekurangan pangan dan krisis energi,kita dapat berbicara tentang jutaan kematian tambahan karena ini," katanya.

Paling Rentan

Pemerintah dunia, kata penanggung jawab dana empat miliar dollar AS ini, harus meminimalkan dampak krisis pangan dengan memberikan perawatan kesehatan garis depan kepada komunitas termiskin mereka, yang akan menjadi yang paling rentan.

"Itu berarti fokus pada perawatan kesehatan primer sehingga perawatan kesehatan yang diberikan di desa-desa, di masyarakat.

Rumah sakit itu penting, tetapi ketika Anda menghadapi tantangan semacam ini, yang paling penting adalah perawatan kesehatan primer," ujarnya.

Pertempuran untuk menahan penyebaran virus korona telah mengambil sumber daya dari perang melawan tuberkulosis, yang menewaskan 1,5 juta orang pada tahun 2020, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia.

"Pada 2020, Anda melihat secara global 1,5 juta orang berkurang pengobatannya karena TB dan tragisnya itu berarti beberapa ratus ribu orang akan meninggal, tetapi juga orang-orang itu akan menulari orang lain," kata Sands.

Sands mengatakan menyelesaikan krisis pangan sekarang menjadi hal terpenting dalam membantu pengobatan penyakit menular paling mematikan kedua di dunia itu.

Barat dan Ukraina menuduh Russia mencoba menekan mereka ke dalam konsesi dengan memblokade ekspor biji-bijian penting untuk meningkatkan kekhawatiran kelaparan global.

Moskwa telah membalas dengan mengatakan sanksi Barat yang harus disalahkan atas kekurangan di Timur Tengah dan Afrika.

Jerman akan menjadi tuan rumah pertemuan tentang krisis pada Jumat dengan tema "Bersatu untuk Ketahanan Pangan Global", dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, di antara mereka yang hadir.

"Ini adalah pandemi orang miskin dan karena itu, tidak menarik jumlah investasi yang sama dalam penelitian dan pengembangan," kata Sands, mengacu pada tuberkulosis.

"Ini adalah tragedi karena ini adalah penyakit yang kami tahu cara menyembuhkannya, kami tahu cara menghilangkannya," tutupnya.

SB/ST/N-3

Baca Juga: