JAKARTA - Berbagai krisis yang melanda dunia seharusnya menjadi pemacu bagi Indonesia untuk bangkit lebih kuat tahun-tahun ke depan. Hal itu tentunya dengan melakukan berbagai pembenahan baik di internal maupun dalam menghadapi berbagai persoalan global.

Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah, mengatakan Indonesia harus berperan secara pro aktif dan bebas aktif mengatasi permasalahan sektor pangan dan energi di tingkat global saat ini. Sebagai bangsa yang dinamis, Indonesia harus tegas dan lugas dalam menghadapi berbagai tantangan global. "Masalah pangan energi harus dihadapi bagaimana Indonesia berperan secara pro aktif, bebas aktif dalam pergaulan global," kata Trubus seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, Presidensi G20, menurut dia, harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk berperan aktif dalam perekonomian dan tatanan global yang tujuannya untuk bangkit dari krisis bersama negara-negara lain di dunia.

Dia juga mengapresiasi upaya pemerintah melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri akhir-akhir ini sebagai langkah untuk membangun tatanan global sekaligus membangkitkan perekonomian dalam negeri.

Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Russia beberapa waktu lalu dalam rangka mewujudkan perdamaian antara kedua negara adalah upaya tepat untuk membangun tatanan global yang lebih baik.

Begitu pula dengan kunjungan Presiden ke Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan juga menggambarkan keinginan Indonesia untuk membangun tatanan global yang jauh lebih bersinergi. Dia tidak memungkiri kunjungan ini, salah satunya untuk menarik investor berperan serta dalam program pembangunan infrastruktur di Indonesia. "Itu bagian dari peran Indonesia dalam menata ekonomi dan energi. Namun, juga mengharapkan ada investor masuk, untuk membangun infrastruktur," kata Trubus.

Dia juga mengapresiasi upaya pemerintah yang mengajak masyarakat Indonesia untuk bangkit dari krisis dengan lebih kuat melalui tagline "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat" pada momentum peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun ini.

Beberapa tahun ini dunia telah dihadapkan dengan berbagai krisis, mulai dari pandemi Covid-19 yang saat ini masih transisi menuju endemi, lalu kenaikan harga komoditas pangan dan energi di tingkat global serta invasi Russia ke Ukraina yang tidak kunjung berhenti.

Daulat Ekonomi

Pakar kebijakan publik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), sekaligus peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, mengatakan betapa pun pahit dan membuat situasi menjadi sulit, krisis dunia juga akan bisa mendewasakan bangsa.

"Paling tidak akan menguatkan kesadaran (awareness) dan kewaspadaan (alertness) mengenai pentingnya efisiensi dan daulat ekonomi politik nasional kita. Krisis dunia bisa menjadi medium evaluasi dan perbaikan bagaimana posisi dan tingkat ketahanan dan daulat ekonomi dan politik kita sehingga bisa menyiapkan banyak skema alternatif jalan keluar dalam menghadapi sulit dan menambal bolong-bolongnya daulat ekonomi politik," kata Surokim.

Baca Juga: