Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut Amerika Serikat (AS), Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Ukraina terus berupaya mengalahkan Rusia "di medan perang" untuk menghancurkannya.

"Tindakan negara-negara kolektif Barat dan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky di bawah kendali mereka mengkonfirmasi sifat global dari krisis Ukraina," kata Lavrov kepada kantor berita negara TASS dalam pernyataan yang diterbitkan Senin (26/12).

Lavrov bahkan menilai AS bersama sekutunya di NATO tak sekedar membantu Ukraina tapi juga untuk melemahkan negara Rusia.

"Bukan rahasia lagi bagi siapapun bahwa tujuan strategis Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya adalah mengalahkan Rusia di medan perang sebagai mekanisme untuk melemahkan atau bahkan menghancurkan negara kita secara signifikan," tambah Lavrov.

Melansir Reuters, Lavrov selama dekade terakhir semakin mendukung invasi Rusia ke Ukraina dan mencerca apa yang dia dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebut sebagai upaya Barat untuk membatasi Rusia dan mendominasi urusan global.

Hubungan AS dan Rusia telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa dekade sebagai dampak dari kampanye militer Rusia di Ukraina, dan pengenaan sanksi Barat pada Rusia.

Sementara, Lavrov bahkan kembali menegaskan bahwa Rusia tidak dapat mempertahankan hubungan normal dengan AS karena kesalahan pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

"Secara objektif tidak mungkin untuk mempertahankan komunikasi normal dengan pemerintahan Biden, yang menyatakan kekalahan strategis di negara kita sebagai tujuan," kata Lavrov.

Dia menambahkan bahwa "jalan anti-Rusia konfrontatif Washington menjadi semakin akut dan komprehensif".

Sebagai informasi, Putin melancarkan apa yang disebutnya sebagai "operasi khusus" untuk "denazifikasi" dan demiliterisasi Ukraina pada 24 Februari tahun ini. Sementara, Kyiv dan sekutu Baratnya mengatakan bahwa invasi Moskow hanyalah perampasan tanah oleh imperialis.

Amerika Serikat telah memberikan dukungan miliaran dolar kepada Ukraina, dengan paket bantuan terbaru senilai 1,85 miliar dolar AS yang diumumkan minggu lalu dan membuat Moskow semakin marah.

Koalisi negara-negara yang menentang invasi Rusia di Ukraina, termasuk sejumlah anggota NATO hingga sekutu AS seperti Jepang dan Australia juga semakin kuat dan terus menentang prediksi bahwa kenaikan harga energi yang sebagian disebabkan oleh perang dapat mematahkan pengelompokan tersebut.

Lavrov juga memberikan ultimatum kepada Kyiv untuk memenuhi tuntutan Moskow untuk penyelesaian atau tentara Rusia akan memutuskan masalah tersebut.

Baca Juga: