Ambon - Kreatif, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen YPKPM Ambon memanfaatkan ribuan sampah botol plastik menjadi pohon natal dan tempat sampah, sebagai bukti penerapan pola hidup ramah lingkungan

"Pohon natal berbahan sampah botol plastik berhasil dikumpulkan para siswa SMA Kristen YPKPM Ambon sebagai bukti penerapan pola hidup ramah lingkungan," kata Fasilitator P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) Smaker, Herman Adrian Kippuw, di Ambon, Kamis.

Ia mengatakan, siswa dan siswi dari 15 kelas turut berpartisipasi membuat kreasi berbahan sampah plastik.

"Kurang lebih ada 1.200 sampah botol plastik yang digunakan untuk membuat pohon natal dan tempat sampah yang ditempatkan di halaman sekolah," katanya.

Ia menjelaskan, para siswa sudah sejak lama menerapkan gaya hidup tanpa sampah plastik dengan membawa botol air dan mengisi ulang air minum di sekolah.

Sampah botol plastik yang digunakan untuk membuat pohon natal dibawa dari rumah masing-masing atau dikumpulkan dari kantin sekolah setelah disortir.

Setiap kelas katanya, menyiapkan sekitar 300 botol plastik. Botol-botol itu kemudian dijadikan ekobrick tempat sampah dan sisanya untuk bahan baku pohon natal.

Sementara untuk pohon natal ada sekitar 600 botol plastik yang dipakai, sampah plastik juga dijadikan kerangka pohon natal kerucut.

"Anak-anak kumpulkan botol plastik lalu mereka kreasi sendiri. Kami sebagai fasilitator hanya memandu memberikan materi kepada mereka sampai menjadi produk," katanya.

Menurut Herman, kreasi berbahan sampah plastik ini tak semata sebagai tujuan akhir program Projek penguatan profil pelajar Pancasila, tetapi melatih kerja sama dan kebersamaan siswa.

Para siswa diajarkan untuk peka, solutif, juga mampu beradaptasi dengan orang lain. Mengembangkansoft skilldan kepekaan terhadap lingkungan.

"Kolaborasi siswa ini kami nilai kerja sama mereka. Anak-anak ini kan mereka ada sifat individualistisnya, karena itu mereka diajarkan kepekaan terhadap lingkungan juga merangsang nilai estetik," Katanya.

Pihaknya berharap, anak-anak dapat belajar dan terus mempraktikkan nilai baik kepada lingkungan sosial, juga menjadi contoh bagi siswa di sekolah lain.

Bagi tim guru dan fasilitator, untuk menciptakan generasi unggul perlu dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Salah satunya kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Baca Juga: