JAKARTA -Dalam rangka sinergitas dan kolaborasi pemberantasan peredaran gelap narkotika,Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) ikut berpartisiapsi pelaksanaan Operasi Laut Interdiksi Terpadu 2021.

Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai, Ahmad yang ikut hadir dalam upacara pembukaan Operasi Laut tersebut, mengatakan bahwa Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut siap mendukung sepenuhnya pelaksanaan Operasi Laut Interdiksi Terpadu 2021 dengan mengerahkan semua armada kapal patroli KPLP pada lima Pangkalan PLP di seluruh wilayah Indonesia.

Dan kelima Pangkalan PLP tersebut adalah Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Uban, Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Perak, Pangkalan PLP Kelas II Bitung dan Pangkalan PLP Kelas II Tual.

"Khusus untuk wilayah Kepulauan Riau ini, Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Uban telah siap mendukung dari sisi kapal dan personilnya, Begitu juga dengan empat Pangkalan PLP diseluruh Indonesia siap mendukung operasi laut terpadu ini. Dan kami berharap agar sinergi dan koloborasi antar istansi ini bisa berkelanjutan guna mencegah masuknya Narkotika di Indonesia" kata Ahmad dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/9).

Pada kesempatan ini juga telah dilakukan Penandatangan Perjanjian Kerja Sama antara Badan Narkotika Nasional (BNN), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Ditjen Bea dan Cukai dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) terkait pelaksanaan operasi laut interdiksi terpadu dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika serta untuk menjalin sinergi dan kolaborasi dalam pelaksanaan operasi laut interdiksi terpadu di seluruh wilayah Indonesia.

"Dengan adanya perjanjian kerja sama ini diharapkan para pihak yang terlibat dapat berkomitmen untuk menyukseskan kegiatan operasi interdiksi terpadu 2021 demi mewujudkan Indonesia bebas narkoba," tambah Ahmad.

Dalam sambutannya Kepala Badan Narkotika Nasional RI, Petrus R. Golose mengatakan bahwa saat ini narkoba masih menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia, terbukti dari masih maraknya pengungkapan yang dilakukan oleh Penegak Hukum diberbagai wilayah serta hingga saat ini Indonesia masih menjadi lokasi favorit masuknya narkotika dari luar negeri.

"Bahkan bukan rahasia lagi bahwa laut menjadi jalur utama masuknya narkotika ke wilayah Indonesia. Panjangnya garis pantai dan luasnya wilayah pengawasan membuat sindikat tidak pernah berhenti mencoba memanfaatkan kelengahan aparat dalam menjaga perbatasan wilayah Indonesia, sehingga kita harus lebih fokus karena rawan dijadikan jalur masuknya narkotika," katanya.

Sebagai informasi pelaksanaan Operasi Laut Interdiksi Terpadu 2021 akan dilaksanakan mulai tanggal 14 hingga 24 September 2021, dengan tujuan untuk memberikan efek preventif dan represif. Preventif dalam arti mencegah masuknya narkotika atau peredaran narkotika ke dalam wilayah NKRI, dan represif dalam arti pelaksanaan operasi juga menargetkan untuk menangkap pelaku penyelundupan atau pengedar narkotika yang ditemukan saat pelaksanaan operasi.

Adapun operasi laut terpadu kali ini akan fokus pada wilayah laut dan perairan yang rawan disalahgunakan sebagai jalur peredaran narkotika di Indonesia yaitu daerah Selat Malaka yang meliputi Aceh, Sumut, Riau dan Kepulauan Riau, Selat Makassar dengan lebih baik dan efektif.

Baca Juga: