KPAI meminta pemerintah untuk membentuk satgasus pencegahan dan penanganan perkawinan anak yang menjadi penyebab terlahirnya anak stunting.

JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah untuk membentuk Satuan Tugas Khusus (Satgasus) terkait pencegahan dan penanganan perkawinan anak sebagai upaya percepatan penurunan stunting.

"Pentingnya pembentukan Satgasus pencegahan dan penanganan perkawinan anak serta memperkuat bimbingan perkawinan bagi calon pengantin," kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra saat dikonfirmasi di Jakarta, kemarin.

Pasalnya perkawinan anak dan ketidaksiapan calon pengantin menjadi salah satu penyebab stunting pada anak.

Pemerintah juga didorong untuk merekonstruksi paradigma ekonomi agar berperspektif pemenuhan gizi yang seimbang dalam keluarga dan masyarakat.

Selain itu, KPAI menekankan pentingnya ketersediaan rumah layak huni bagi keluarga stunting dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui ketersediaan air bersih yang layak konsumsi, sanitasi yang layak, serta memastikan lingkungan tempat tinggal tidak tercemar kotoran hewan, sampah, dan limbah industri. "Pemerintah daerah dan pemerintah desa agar menyediakan rumah layak huni bagi keluarga stunting," kata Jasra Putra.

Sementara terkait kualitas SDM, Tim Percepatan Penurunan Stunting Nasional dan Daerah diminta untuk meningkatkan kompetensi SDM tenaga pendidik, tenaga kesehatan, tenaga sosial, dan aparatur desa dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Bahan Pangan

Sementara itu, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Rita Endang mengatakan sorgum dapat menjadi bahan pangan alternatif guna menurunkan angka stunting di Indonesia.

"Sorgum mengandung zat besi, kalsium, dan protein yang tinggi untuk dapat membantu menurunkan angka stunting di Indonesia," katanya dalam diskusi Hari Pangan Sedunia Tahun 2023 di Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (2/11).

Rita menyebutkan sorgum juga dapat menjadi alternatif pengganti nasi pada pasien diabetes, karena memiliki gula dan karbohidrat yang rendah. Selain itu, sorgum juga merupakan bahan pangan bebas gluten, sehingga aman untuk dikonsumsi pengidap autisme.

Lebih lanjut, dia menyebutkan sorgum memiliki nilai gizi yang baik, dan dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketersediaan air yang sedikit. Oleh karena itu, dia juga menilai sorgum dapat menjadi alternatif bahan pangan pokok selain beras.

Untuk itu, BPOM telah melakukan sejumlah diskusi untuk pengembangan sorgum di Indonesia sejak 14 April 2023 yang lalu.

Dalam data yang dihimpun BPOM, dikatakan sorgum memiliki kandungan serat pangan dan zat besi yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis serealia lainnya, seperti, beras, singkong, dan gandum. Kandungan zat besi sorgum sebanyak 5,4 mg/100 g, lebih tinggi dibandingkan zat besi dalam beras pecah kulit (1,8 mg/100 g) dan gandum (3,5 mg/100 g).

Selain itu, sorgum memiliki kandungan protein sebanyak 10-11 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan protein beras giling (6-7 persen), dan hanya di bawah gandum (12 persen).

Baca Juga: