Pengelola, pihak pengadaan, dan pejabat pembuat komitmen harus saling berkoordinasi.

TANGERANG - Birokrat diminta mitigasi dini terkait pengadaan barang dan jasa karena terdapat berbagai risiko yang bisa menghambat. Desakan ini disampaikan Sekretaris Daerah Kota Tangerang, Herman Suwarman.

"Perbaikan harus dilakukan agar berdampak baik dalam pengadaan barang dan jasa," kata Herman saat membuka kegiatan diklat mitigasi risiko dalam pengadaan barang dan jasa di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Senin.

Dia pun minta agar pengelola, pihak pengadaan, dan pejabat pembuat komitmen harus saling berkoordinasi sehingga mempunyai pemahaman sama dalam proses pengadaan barang jasa. Sebab mekanisme pengadaan barang jasa saat ini sudah secara elektronik melalui SPSE. "Maka, berbagai pihak harus mempunyai pemahaman yang sama," ujar Sekda.

Menurutnya, pengadaan yang efektif dan efisien akan memberikan dukungan optimal bagi penyelenggaraan pelayanan publik. Herman juga menekankan agar para peserta dapat memaksimalkan kegiatan ini dalam memahami mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko program.

"Nantinya ada pedoman yang bisa dijadikan acuan bagi pengembangan kebijakan dan prosedur terkait dengan pengadaan Barang Jasa," ujarnya.
Sementara itu, kegiatan diklat tersebut dilaksanakan 13-16 November. Diklat diikuti 40 peserta dari PPK dan PPTK dari masing-masing OPD. Narasumber dari Kejaksaan Negeri Kota Tangerang.

Cuaca Buruk

Sementara itu, kalau Kota Tangerang tengah menyelenggarakan diklat, maka Kabupaten Tangerang sedang berkutat menangani kenaikan harga-harga. Menurut Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kabupaten Tangerang, Arief, kenaikan harga bahan pokok cabai di pasaran dipengaruhi faktor cuaca buruk. Ini membuat stok dan hasil panen petani berkurang.

"Kenapa cabai sekarang mahal? Sebab kiriman dari luar daerah berkurang. Banyak petani gagal panen karena iklim," jelas Arief. Dia mengungkapkan, harga cabai rawit beberapa pekan terakhir di pasaran naik akibat kekurangan stok. Stok minim lantaran cuaca ekstrem yang melanda daerah asal pertanian cabai.

Adapun jenis cabai yang naik di antaranya cabai merah keriting dan cabe rawit merah. Memang selama ini Kabupaten Tangerang mengandalkan cabai dari luar daerah. Tidak ada produksi cabai di Tangerang. "Kebanyakan kita ambil dari Jawa Tengah," ujarnya.

Dengan kenaikan harga, pemerintah setempat langsung operasi pasar untuk menurunkan harga cabai. Setelah operasi pasar, harga cabai turun dari 86.667/kg menjadi 85.833/kg. Meski turun, ini masih jauh dari harga acuan Bapanas 40.000/kg.

Kendati demikian, dalam upaya menekan kenaikan harga tersebut, Disperindag Kabupaten Tangerang terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat untuk menstabilkan harga sesrta memenuhi kebutuhan pangan. "Tentunya kita akan berupaya menekan kenaikan harga bahan pokok yang terjadi saat ini. Tetapi kita dalam hal ini tidak bisa intervensi harga, kecuali beras," pungkas Arief.

Dia berharap setelah operasi pasar, harga dapat semakin turun. Sebab cabai termasuk kebutuhan pokok rumah tangga.

Baca Juga: