Setelah ditutup untuk umum selama bertahun-tahun, situs arkeologi Hegra dekat Kota AlUla, kembali dibuka. Seperti halnya Petra di Yordania, Hegra pun memiliki fasad rumit yang dibangun di sisi bebatuan

Hegra yang berada barat laut Arab Saudi, dekat Kota AlUla, merupakan sebuah situs arkeologi. Seperti kota saudaranya, Petra di Yordania, kota ini memiliki fasad yang rumit. Di sini terdapat seratus sebelas makam yang dibangun di sisi bebatuan yang berasal dari abad ke-1 SM hingga abad ke-1 masehi.

Situs Hegra yang artistik merupakan karya dari orang-orang Nabataean, orang yang hampir dilupakan seluruhnya. Bebatuan dan pasir kemerahan dibuat dengan beberapa pengaruh artistik termasuk Fenisia, Mesir, Asiria, dan Yunani, demikian kata whc.unesco.org.

Situs ini ditutup untuk umum selama bertahun-tahun. Ketika Arab Saudi bertekad menghentikan ketergantungan ekonominya pada ladang minyak dan jaringan pipanya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan kepada dunia bahwa dia berencana menjadikan Arab Saudi persimpangan jalan, pusat turis yang menghubungkan jalur darat dan udara untuk Afrika, Eropa, dan Asia, selama 20 tahun ke depan.

Jika rencana tersebut berlanjut akan menjadi rencana hebat karena membuka beberapa sejarah menakjubkan bagi dunia. Situs berusia dua ribu tahun itu telah dikerjakan selama kurang lebih empat puluh tahun dan baru-baru ini dibuka untuk pengunjung. Turis juga bisa datang ke negara itu tanpa tujuan agama atau bisnis tertentu.

Sebelumnya, turis dari negara lain harus mendapatkan izin untuk berkunjung. Orang Saudi mulai menyadari bahwa pariwisata mungkin jauh lebih menguntungkan dan aman daripada produksi minyak. Saat ini mulai ditawarkan tiket bus 25 dollar AS akan membawa ke Hegra dengan tur berpemandu ditawarkan dalam bahasa Inggris dan Arab.

"Untuk seorang turis yang pergi ke Hegra, Anda perlu tahu lebih banyak daripada melihat makam dan prasasti dan kemudian pergi tanpa mengetahui siapa yang memproduksinya dan kapan," kata seorang spesialis Nabataean, arkeolog dan profesor di University of Miami, David Graf, seperti dikutip dari Its Historia.

"Hegra harus membangkitkan setiap turis yang baik dengan keingintahuan intelektual apa pun, siapa yang memproduksi ini makam? Siapa orang yang menciptakan Hegra? Dari mana mereka berasal? Berapa lama mereka di sini? Memiliki konteks Hegra sangatlah penting," tutur dia.

Pemandu wisata telah dilatih oleh arkeolog dan pemandu museum dan biasanya penduduk asli daerah tersebut untuk membantu pengunjung mendapatkan gambaran yang jelas tentang suku Nabatean. Kota terdekat yang dipenuhi dengan rumah bata lumpur juga telah dibuka.

Bandara terdekat dari Hegra telah diperbesar dan dirapikan untuk menampung dua juta pengunjung yang diharapkan. Ada juga hotel rumit yang sedang dikerjakan untuk diukir dari permukaan batu oleh arsitek Prancis, Jean Nouvel, yang akan dibuka pada tahun 2024.

Hegra benar-benar permata di bagi Kerajaan Arab Saudi. Namun, salah satu hal yang indah dan unik tentang AlUla memiliki peradaban manusia yang paling indah selama ribuan tahun. Mereka hidup menetap di lembah ini selama 7.000 tahun menurut temuan pada arkeologi.

Temuan menyebutkan Hegra berada di sepanjang rute perdagangan rempah-rempah dan dupa penting yang melintasi Arab dan Yordania dalam perjalanannya ke daerah Mediterania. "Alasan mengapa mereka muncul dan menjadi baru dalam sumber-sumber kuno adalah karena mereka menjadi kaya, ketika Anda menjadi kaya, Anda menjadi terlihat," kata Laila Nehmé, seorang arkeolog dan Wakil Direktur Proyek Arkeologi Hegra.

Karena itu, suku Nabatean mampu menjadi salah satu budaya komersial paling sukses di Timur Tengah. Mereka mampu mengelola dan menghemat air yang berharga dan membangun waduk dan sumur. Sebagian besar informasi kami tentang Nabataean didasarkan pada sejarawan awal seperti Josephus, Strabo, Diodorus dari Sisilia, dan Pliny, the Elder of Rome.

Mereka mulai sebagai suku nomaden sampai kekayaan yang mereka peroleh menahan mereka di satu tempat dan mereka mulai membangun makam yang elegan di permukaan batu dengan perpaduan pengaruh termasuk Mesopotamia, Mesir, Iran, dan Yunani. Beberapa elemen desain yang lebih umum adalah elang, sphinx, griffin, mahkota Nabataean, dan kepala mirip Medusa, menurut laman Smithsonianmag.

Selama abad ke-1 M, pada masa pemerintahan Augustus, sepuluh ribu legiun Romawi berlayar dari Mesir ke pelabuhan perdagangan suku Nabatean di pesisir barat laut Arab. Bangsa Romawi dan Nabatean menikmati hubungan perdagangan yang baik sampai Trajan menjadi kaisar dan aneksasi Kerajaan Nabatean dimulai.

Kaisar Hadrian membuat perubahan perbatasan. Akhirnya orang Nabatean pindah atau berbaur dengan orang Romawi dan Kerajaan Nabatean tidak ada lagi. hay/I-1

Baca Juga: