Tamio Hayashi, 77 tahun, ragu dirinya bisa menggunakan jaringan daring internet yang disiapkan oleh pemerintah Jepang untuk mendaftarkan diri supaya mendapatkan vaksinasi Covid-19. Ia amat membenci gagasan untuk menggunakan sistem daring yang dinilainya merepotkan dan tidak praktis karena membingungkan penduduk lanjut usia (lansia), sehingga mengakibatkan kampanye vaksinasi massal di Jepang berjalan tertatih-tatih.

Untungnya seorang pejabat lokal di kota kecil Soma di timur laut Jepang tempat Hayashi tinggal, mau turun tangan untuk membantunya melewati birokrasi ini dan kini ia telah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.

"Cara pelayanan seperti ini amat bagus," kata Hayashi setelah ia dan istrinya mendapatkan dosis kedua vaksin Covid-19 di sebuah aula olahraga lokal. "Kami tinggal menunggu untuk mendapat pemberitahuan yang mengatakan datanglah untuk mendapatkan vaksinasi pada hari ini," imbuh dia.

Apa yang dialami Hayashi jarang terjadi di Jepang. Namun inisiatif "jemput bola" untuk menyuntik populasi lansia yang rentan dari pemerintah Jepang ini harus dijalankan sebelum dimulainya Olimpiade Musim Panas yang akan dilaksanakan enam pekan lagi.

Soma adalah sebuah kota pedesaan yang jaraknya sekitar 240 kilometer di utara Tokyo yang turut hancur oleh gempa bumi dan tsunami 2011, dan kini kota itu telah melampaui sebagian besar target vaksinasi karena bisa menarik pelajaran dari bencana satu dekade lalu.

Saat ini Jepang tertinggal jauh dibelakang negara maju lainnya dalam program vaksinasi bagi rakyatnya. Secara nasional, diperkirakan hanya 12 persen penduduknya yang telah menerima setidaknya satu dosis suntikan, dibandingkan dengan Prancis yang berada di posisi terendah dalam negara kekuatan industri G7 yang telah memvaksinasi 42 penduduknya, atau dengan Kanada yang berada di posisi teratas yang berhasil memvaksinasi 63 persen penduduknya.

Berkat inisiatif jemput bola yang dilakukan para pejabatnya, Kota Soma saat ini telah berhasil memvaksinasi 84 persen lansia. Angka ini cukup luar biasa karena secara nasional saja, Jepang baru bisa memvaksinasi 28 persen populasi lansianya.

Target memvaksinasi lansia yang merupakan kelompok populasi yang rentan dan harus mendapat prioritas harus disegerakan karena saat ini pemerintah Jepang telah mulai melaksanakan vaksinasi untuk kalangan generasi muda dengan bertujuan bisa maksimal memberikan vaksin hingga akhir Juli ini, tepat saat Olimpiade sedang berlangsung.

Kunci kesuksesan program vaksinasi di Soma adalah karena populasinya yang kecil yaitu sebanyak 35.000 jiwa dan hal itu lebih memudahkan tenaga kesehatan untuk menjangkau orang-orang di kota pesisir pantai di Prefektur Fukushima itu daripada yang dihadapi tenaga kesehatan di kota-kota besar.

Namun keberhasilan Soma tak semata dari aspek populasinya yang kecil, tetapi juga karena pelajaran yang amat menyakitkan dari tsunami yang telah menewaskan 450 penduduk kota itu.

"Bencana tsunami telah mengajari pemerintah Soma pentingnya untuk menyusun dan mengkomunikasikan rencana yang jelas, bekerja sama dengan profesional medis setempat, mengumpulkan orang-orang yang terkena dampak di tempat-tempat terkonsentrasi dan tidak menunggu rencana turun dari Tokyo," ucap wakil Walikota Soma, Katsuhiro Abe.

Rencana dan Latihan

Jepang sebenarnya telah berhasil menghindari kasus kematian Covid-19 yang sangat besar jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Akan tetapi kampanye vaksinasinya agak terlambat karena baru terlaksana pada pertengahan Februari dan pada awalnya sempat tersendat karena kelangkaan pasokan vaksin impor.

Hambatan selanjutnya yang dihadapi pemerintah Jepang yaitu distribusi vaksin yang tak merata dan sistem pendaftaran daring yang arusnya lamban, sulit diakses serta membingungkan kalangan lansia yang justru diprioritaskan untuk mendapatkan vaksinasi.

Namun para pemimpin kota dan dokter di Soma yang telah memetik pelajaran dari bencana 2011, mulai menyusun rencana dan menjalankan latihan vaksinasi pada Desember, beberapa bulan sebelum vaksin disetujui.

Kota itu pun kemudian mendirikan pusat-pusat vaksinasi dan segera menyediakan tenaga medis. Penduduk pun secara bergilir dipanggil per wilayah kota sehingga tak perlu mendaftar, dan pemerintah kota pun mengirim bus bagi mereka yang tidak bisa melakukan perjalanan sendiri.

Setelah terjadinya bencana satu dekade lalu, tiap warga Soma tahu pentingnya untuk saling menjaga, sementara pejabat kota pun terbiasa untuk memindahkan tugasnya dari pekerjaan kantoran ke pengelolaan krisis," ucap Abe.

Berkat latihan, warga Soma bisa dengan cepat mendapatkan layanan vaksinasi apalagi pejabat kota dan tenaga medis sudah mendapat arahan tentang bagaimana menghadapi dan mengelola suatu situasi darurat. CNA/I-1

Baca Juga: