Korut mendesak Korsel dan AS agar menghentikan latihan militer gabungan. Sementara Korsel dan AS menggelar strategi latihan gabungan untuk menghalangi Korut melakukan uji coba nuklir.

SEOUL - Korea Utara (Korut) pada Senin (31/10) menuntut agar Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) menghentikan latihan militer gabungan berskala besar yang mereka lakukan, dengan menyebut latihan tersebut sebagai provokasi yang dapat memicu tindakan balasan yang lebih kuat dari Pyongyang.

"Situasi di Semenanjung Korea dan sekitarnya kembali memasuki tahap konfrontasi saling unjuk kekuatan yang serius karena kegiatan militer AS dan Korsel yang terus-menerus dan sembrono," demikian pernyataan dari seorang juru bicara di Kementerian Luar Negeri Korut seperti dikutip oleh kantor beritaKCNApada Selasa (1/11).

Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Korut juga mengatakan bahwa Pyongyang siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyat dan integritas wilayah dari ancaman militer pihak luar.

"Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, Korut akan mempertimbangkan langkah-langkah lanjut yang lebih kuat," imbuh pernyataan juru bicara tersebut.

AS dan Korsel pada Senin memulai salah satu latihan udara militer gabungan terbesar mereka dengan mengerahkan ratusan pesawat tempur dari kedua belah pihak yang melakukan serangan tiruan dalam 24 jam penuh kurang lebih selama sepekan ke depan.

"Operasi yang disebut Vigilant Storm itu akan berlangsung hingga Jumat (4/11), dan akan mengerahkan sekitar 240 pesawat tempur yang melakukan sekitar 1.600 serangan mendadak," kata Angkatan Udara AS.

Sementara itu Washington DC dan Seoul yakin Pyongyang mungkin akan melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017. Oleh karena itu kedua pihak menerapkan strategi untuk menghalangi Pyongyang melalui latihan militer besar-besaran.

Menurut keterangan dari Kementerian Unifikasi Korsel, saat ini Korut telah menyelesaikan persiapan uji coba nuklir ke-7 dan indikasi ini terlihat dari rampungnya sebagian besar persiapan di tempat uji coba nuklir Punggye-ri.

Sebelumnya pada 26 Oktober lalu, Badan Intelijen Nasional Korsel menyebut dalam sesi inspeksi dan audit parlemen bahwa terdapat kemungkinan uji coba nuklir Korut dilakukan sebelum pemilihan umum sela AS pada 7 November mendatang.

Denuklirisasi Penuh

Sementara itu dilaporkan pula bahwa Washington DC telah menekankan kembali bahwa pihaknya tidak akan mengakui Korut sebagai negara nuklir dan hal ini sesuai dengan kebijakan AS. Penegasan ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, pada Senin dalam sebuah pengarahan pers.

"Kebijakan AS mengenai Korut tetap pada pencapaian denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea dan Washington DC tetap terbuka untuk mengadakan dialog bersama Pyongyang tanpa persyaratan apapun," ucap Price. AFP/KBS/I-1

Baca Juga: