SEOUL - Korea Utara (Korut) menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tak patut mengomentari soal hubungan antar-Korea dan meminta Washington DC untuk tetap bungkam jika tak ingin pelaksanaan pemilu presiden berlangsung secara lancar. Pernyataan Pyongyang itu disampaikan Korean Central News Agency (KCNA) pada Kamis (11/6). Pernyataan Korut itu dilontarkan setelah Kementerian Luar Negeri AS mengatakan amat kecewa pada Korut karena telah memutuskan jaringan komunikasi hotline dengan Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (9/6) lalu.

"AS lebih baik mengurusi urusan dalam negerinya sendiri dari pada merecoki hubungan dengan negara lain dengan mengeluarkan pernyataan yang sembrono," kata direktur jenderal urusan dengan AS di Kementerian Luar Negeri Korut, Kwon Jong Gun, seperti dikutip oleh KCNA.

"Saat situasi politik dalam kekalutan, mungkin (AS) akan menghadapi hal-hal yang tak mengenakkan dan sulit dihindari," imbuh dia. Kwon juga menegaskan agar AS menjaga mulutnya dan mengurusi masalah dalam negerinya jika tak ingin mengalami pengalaman yang menegangkan hati.

"(Jika semua itu dilakukan) Akan lebih baik bukan hanya bagi kebaikkan AS namun juga kelancaran pelaksanaan pilpres pada November nanti," imbuh Kwon sembari mengecam sifat bermuka dua AS yang disebutnya amat memuakkan. Menurut pakar di Asan Institute for Policy Studies di Seoul, James Kim, masih belum jelas apakah Korut benarbenar akan mengganggu pelaksanaan pilpres AS atau akan mengganggu kampanye agar Presiden Donald Trump terpilih kembali.

"Bisa jadi provokasi itu ada kaitannya dengan petahana yang ingin memulai lagi kampanye pilpres," kata Kim.

Kekecewaan Pyongyang

Setelah terjadi serangkaian pertemuan tingkat tinggi bersejarah pada 2018 dan 2019 antara Presiden Trump dan pemimpin Korut, Kim Jongun, amat minim sekali perkembangan terkait upaya perlucutan program persenjataan nuklir Korut dan Pyongyang telah menyatakan kekecewaan pada penolakan Washington DC terkait pelunakan sanksi. Korut pada Selasa lalu mengancam akan memutuskan sambungan komunikasi hotline dengan Korsel setelah sebelumnya Pyongyang mengecam Seoul karena tak mau menghentikan kelompok pembelot yang menyebarkan selebaran dan material propaganda lainnya ke wilayah Korut. Kecaman itu mendapat reaksi dari Seoul dengan mengancam akan melakukan tindakan hukum pada dua organisasi yang melakukan aksi propaganda itu. Ancaman dan kecaman Korut itu dilontarkan jelang peringatan 2 tahun pertemuan tingkat tinggi di Singapura yang mempertemukan Kim Jong-un dan Trump. Pertemuan tingkat tinggi ini kemudian dilanjutkan di Hanoi tahun lalu dimana Pyongyang saat itu menyatakan mau melakukan pelucutan senjata dengan imbalan pelunakan sanksi. Analis menyatakan langkah perlucutan persenjataan yang ditawarkan Korut tak sebanding sehingga Pyongyang merasa kecewa karena tak berhasil dalam negosiasinya.

CNA/AFP/I-1

Baca Juga: