SEOUL - Korea Utara (Korut) telah menembakkan rentetan artileri ke zona penyangga maritim Korea Selatan (Korsel) dan sedikitnya 23 misil pada Rabu (2/11), termasuk satu misil yang jatuh di dekat perairan Korsel yang menurut Presiden Yoon Suk-yeol aksi Korut itu merupakan invasi teritorial.

Provokasi terbaru Korut menurut para ahli sebagai bagian dari tanggapan agresif dan mengancam oleh Pyongyang terhadap latihan militer gabungan skala besar yang sedang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Korsel.

Satu misil balistik jarak pendek Korut yang ditembakkan ternyata telah melintasi garis batas utara yang merupakan perbatasan maritimde facto, sehingga memicu alarm peringatan bagi penduduk di Pulau Ulleungdo agar mereka segera berlindung di bunker.

"Ini adalah untuk pertama kalinya sejak semenanjung terbagi pada akhir permusuhan Perang Korea pada 1953, sebuah misil Korut telah jatuh begitu dekat dengan perairan teritorial Korsel," demikian pernyataan dari militer Korsel.

Salah satu misil mendarat di perairan hanya 57 kilometer di timur daratan, kata militer, seraya menambahkan bahwa itu adalah insiden sangat jarang dan tidak dapat ditoleransi. Militer Korsel pun menambahkan bahwa Pyongyang telah menembakkan total tujuh misil balistik jarak pendek dan 16 misil lainnya, termasuk enam misil darat-ke-udara.

Selain itu Korut juga dilaporkan telah melakukan serangan artileri dengan mengarahkan tembakan ke zona penyangga maritim yang disepakati pada 2018 dalam upaya untuk mengurangi ketegangan antara kedua negara, selama berjalannya diplomasi.

Reaksi Seoul

Menanggapi provokasi dari Korut, Korsel menyatakan bahwa pihaknya telah menembakkan tiga misil udara-ke-darat ke laut ke arah utara batas maritim kedua negara.

Ketika menghadiri pertemuan Dewan Keamanan Nasional Korsel, Presiden Yoon memerintahkan tindakan cepat dan tegas perlu diambil untuk membalas aksi provokasi dari Korut itu.

Peluncuran misil Korut pada Rabu mengikuti serangkaian peluncuran misil baru-baru ini, termasuk apa yang dikatakan Korut sebagai latihan nuklir taktis. Washington DC dan Seoul telah berulang kali memperingatkan peluncuran itu bisa berujung pada uji coba nuklir lain. SB/AFP/I-1

Baca Juga: