SEOUL - Korea Utara (Korut) pada Jumat (14/10) kembali melanjutkan aksi provokasinya dengan menembakkan misil balistik jarak pendek. Tak hanya itu, Pyongyang pun melakukan serangan artileri dan menerbangkan jet tempur di dekat perbatasan Korea Selatan (Korsel).

Provokasi Korut ini merupakan bagian dari aksi unjuk kekuatan yang telah diwanti-wanti Amerika Serikat (AS) dapat berujung pada uji coba nuklir.

Pyongyang telah secara dramatis meningkatkan peluncuran misil dan latihan militer dalam beberapa pekan terakhir, yang sekarang digambarkan sebagai latihan nuklir taktis, ketika Seoul dan Washington DC mengatakan Kim Jong-un diyakini akan melakukan uji coba nuklir ketujuh.

Sementara itu militer Korut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan terbarunya dilakukan sebagai tanggapan atas latihan artileri Korsel yang provokatif di dekat perbatasan.

"Tentara Rakyat Korea menanggapinya dengan tindakan militer yang tegas," lapor KCNA pada Jumat pagi. "Pyongyang mengeluarkan peringatan keras kepada militer Korsel yang telah menghasut ketegangan militer di daerah garis depan dengan tindakan sembrononya," imbuh kantor berita itu.

Militer Korsel mengatakan mereka telah mendeteksi peluncuran misil balistik dari daerah Sunan di Pyongyang pada Jumat pagi, hanya beberapa jam setelah Pyongyang menerbangkan 10 jet tempur di dekat perbatasan antar-Korea.

"Jet tempur Korut melintasi 'garis pengintaian' yang ditetapkan Seoul yang memicu respons operasional otomatis dari Seoul dengan menerbangkan pesawat militer termasuk jet tempur F-35A," kata Kepala Staf Gabungan (JCS).

JCS pun menyataakan bahwa Korut telah menembakkan sekitar 170 tembakan artileri ke perairan lepas pantai timur dan baratnya, dan menilai aksi itu telah melanggar zona penyangga maritim yang disetujui dalam kesepakatan 2018.

Sanksi Sepihak

Sementara itu Dewan Keamanan Nasional Seoul mengutuk apa yang digambarkan sebagai rentetan tindakan bermusuhan Korut dan memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa provokasi semacam itu akan membawa konsekuensi.

Korsel pun kemudian memberlakukan sanksi sepihak pertamanya dalam lima tahun pada Jumat, dengan menargetkan individu dan institusi Korut.

AS juga mengutuk peluncuran misil balistik terbaru Korut itu, dengan mengatakan bahwa aksi provokasi itu telah melanggar berbagai sanksi PBB.

"Kami terus mengupayakan dialog yang serius dan berkelanjutan dengan Pyongyang, tetapi Korut menolak untuk terlibat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS.

Awal pekan ini, Kim Jong-un memang telah menolak gagasan untuk memulai kembali pembicaraan mengenai program senjata terlarangnya, dengan mengatakan bahwa Korut merasa tidak perlu untuk melakukannya. AFP/I-1

Baca Juga: