SEOUL - Korea Utara (Korut) telah mengerahkan 250 peluncur misil balistik ke perbatasan selatannya, dan pemimpin Kim Jong-un menggambarkan senjata tersebut sebagai "pedang yang sangat berharga" untuk mempertahankan kedaulatannya, kata media pemerintah pada Senin (5/8).
Peluncur misil berwarna hijau zaitun itu ditampilkan dalam upacara pemindahan khusus di Ibu Kota Pyongyang pada Minggu (4/8), menurut laporan kantor berita KCNA.
"Peluncur misil tersebut merupakan senjata serangan taktis terkini," kata Kim Jong-un seperti dikutip dalam pidatonya.
Ini adalah pertama kalinya Korut mempublikasikan skala transfer senjata ke unit perbatasannya, kata Han Kwon-hee dari Asosiasi Studi Industri Pertahanan Korea kepada AFP. Setiap peluncur dirancang untuk menampung empat misil, kata Han, seraya menambahkan bahwa pasokan senjata Pyongyang ke Moskwa mungkin telah mengganggu kapasitas Korut untuk memproduksi 1.000 misil.
Kim Jong-un dalam pidatonya mengatakan bahwa negaranya sedang menghadapi pergeseran signifikan dan strategis karena transformasi aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) menjadi blok militer berbasis nuklir, sebuah tren yang menurutnya memerlukan peningkatan dalam pencegahan perang, menurut transkrip KCNA.
"Kekuatan angkatan bersenjata kita harus terus ditingkatkan," kata Kim Jong-un.
Memproduksi senjata dalam jumlah besar dan memamerkannya secara bersamaan menunjukkan bahwa peristiwa tersebut telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya," kataHong Min, seorang analis senior di Institut Unifikasi Nasional Korea.
"Pyongyang tampaknya menilai bahwa mengadakan acara seperti pertunjukan seperti itu akan menjadi pesan yang efektif kepada AS," imbuh dia.
Bencana Banjir
Hubungan antara kedua Korea berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, ketika Korut meningkatkan pengujian senjata dan membombardir Korsel dengan balon-balon penuh sampah.
Korsel menanggapinya dengan melanjutkan siaran propaganda di sepanjang perbatasan, menangguhkan kesepakatan militer yang mengurangi ketegangan, dan memulai kembali latihan tembak-menembak di dekat perbatasan.
Tahun ini, Pyongyang menyatakan Korsel sebagai musuh utama, menghancurkan lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi dan penjangkauan, dan mengancam perang atas pelanggaran teritorial.
Kim Jong-un mencatat bahwa menghadirkan senjata-senjata baru pada saat negara tersebut sedang terguncang akibat kerusakan akibat banjir adalah perwujudan dari keinginan kuat partai untuk terus memperkuat kemampuan pertahanan.
Curah hujan deras melanda wilayah utara negara yang memiliki senjata nuklir itu pada akhir Juli dan laporan media Korsel mengklaim hingga 1.500 orang mungkin tewas. Kim Jong-un mengecam laporan tersebut, dan menganggapnya sebagai kampanye kotor untuk mempermalukan dan menodai citra Korut.
Korut mengatakan tidak ada korban jiwa sama sekali di wilayah Sinuiju, wilayah yang menurut Pyongyang mengalami kerusakan akibat banjir paling besar. Laporan tersebut mengklaim bahwa Angkatan Udara Korut telah menyelamatkan lebih dari 5.000 orang, dan sekitar 4.200 di antaranya diselamatkan dengan helikopter. AFP/I-1