Sebuah laporan rahasia PBB mengungkapkan bahwa Korut bisa terus mengembangkan program nuklir dan misil balistik berkat keuntungan serangan siber.

NEW YORK - Korea Utara (Korut) terus mengembangkan program nuklir dan misil balistiknya selama setahun terakhir dan serangan siber pada pertukaran mata uang kripto merupakan sumber pendapatan penting bagi Pyongyang. Demikian kutipan laporan rahasia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bocor pada Sabtu (5/21).

Laporan tahunan oleh pemantau sanksi independen itu diserahkan kepada komite sanksi Korut di Dewan Keamanan PBB, Jumat (4/2).

"Meskipun tidak ada uji coba nuklir atau peluncuran misil balistik antarbenua (intercontinental ballistic missiles/ICBM) yang dilaporkan, Korut terus mengembangkan kemampuannya untuk produksi bahan fisil nuklir," tulis para ahli.

Korut telah lama dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran misil balistik oleh Dewan Keamanan PBB. Sejak 2006, Korut telah dikenakan sanksi PBB, yang telah diperkuat Dewan Keamanan selama bertahun-tahun dalam upaya untuk menargetkan pendanaan untuk program nuklir dan misil balistik Pyongyang.

Dalam laporan rahasia disebutkan bahwa pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur nuklir dan misil balistik Korut terus berlanjut, dan Korut terus mencari materi, teknologi, dan pengetahuan untuk program-program ini di luar negeri, termasuk melalui sarana dunia maya dan penelitian ilmiah bersama.

Pemantau sanksi juga mencatat bahwa telah terjadi percepatan yang nyata dari pengujian misil oleh Pyongyang.

Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya mengatakan pada Jumat bahwa Korut telah melakukan sembilan peluncuran misil balistik pada Januari dan jumlah itu yang terbesar dalam satu bulan dalam sejarah program senjata pemusnah massal dan misil negara itu.

"Korut telah menunjukkan peningkatan kemampuan untuk penyebaran, mobilitas luas (termasuk di laut), dan peningkatan ketahanan kekuatan misilnya secara cepat," kata pemantau sanksi.

Perdagangan Gelap

Para pemantau juga mengatakan bahwa serangan siber, terutama pada aset mata uang kripto, tetap menjadi sumber pendapatan penting bagi Korut dan mereka telah menerima informasi bahwa peretas Korut terus menargetkan lembaga keuangan, perusahaan mata uang kripto, dan bursa.

"Menurut negara anggota, pelaku siber Korut mencuri lebih dari 50 juta dollar AS antara 2020 dan pertengahan 2021 dari setidaknya tiga pertukaran mata uang kripto di Amerika Utara, Eropa, dan Asia," kata laporan itu.

Pemantau juga mengutip laporan dari perusahaan keamanan siber Chainalysis bulan laluyang mengatakan Korut meluncurkan setidaknya tujuh serangan terhadap platform cryptocurrency yang mengekstraksi aset digital senilai hampir 400 juta dollar tahun lalu.

Pada 2019, pemantau sanksi PBB melaporkan bahwa Korut telah menghasilkan sekitar 2 miliar dollar AS untuk program senjata pemusnah massalnya menggunakan serangan siber yang semakin canggih.

Laporan terbaru juga mengatakan bahwa blokade ketat Korut sebagai tanggapan atas pandemi Covid-19 berarti perdagangan gelap, termasuk barang-barang mewah, sebagian besar telah dihentikan.

Selama bertahun-tahun DK PBB telah melarang ekspor Korut termasuk batu bara, besi, timah, tekstil dan makanan laut, dan membatasi impor minyak mentah dan produk minyak olahan. AFP/ST/I-1

Baca Juga: