Korea Utara yang bersenjata nuklir melakukan uji coba senjata yang provokatif. Korea Selatan merepons dengan meningkatkan kerja sama keamanan dengan AS.

SEOUL - Korea Utara kembali unjuk kekuatan dengan menembakkan rudal balistik jarak pendek pada Kamis (9/3), militer Korea Selatan melaporkan. Aksi tersebut dilakukan beberapa hari sebelum Korsel dan AS memulai latihan militer gabungan.

Hubungan antara dua negara Korea berada di titik terburuk dalam beberapa dasawarsa. Korea Utara yang bersenjata nuklir melakukan uji coba senjata terlarang yang provokatif. Seoul merepons dengan meningkatkan kerja sama keamanan dengan Washington.

Tahun lalu, rezim Kim Jong-Un menyatakan Korea Utara sebagai kekuatan nuklir yang "tidak dapat diubah" dan berjanji meningkatkan produksi senjata secara eksponensial, termasuk senjata nuklir taktis, karena AS ingin memindahkan lebih banyak aset ke wilayah tersebut untuk mempertahankan sekutunya, Korsel.

Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan, pihaknya "mendeteksi peluncuran satu rudal balistik jarak pendek dari kota pelabuhan Nampo di barat Korea Utara pada pukul 18.20 waktu setempat.

"Militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh sambil bekerja sama erat dengan AS karena kami telah memperkuat pengawasan dan kewaspadaan," tambahnya.

Korea Utara mengklaim program senjata nuklir dan misilnya untuk pertahanan diri. Pyongyang geram dengan latihan militer AS-Korsel dan menyebut latihan itu untuk invasi.

Awal pekan ini, Korea Utara menuduh AS "sengaja" meningkatkan ketegangan. Saudara perempuan Kim memperingatkan, jika AS mencegat salah satu rudal uji coba Pyongyang, maka itu akan dilihat sebagai "pernyataan perang yang jelas".

Setelah pembicaraan antara Kim dan presiden AS saat itu Donald Trump gagal pada 2019, diplomasi terhenti. Korea Utara melipatgandakan pembangunan militer.

Menanggapi meningkatnya ancaman dari Pyongyang, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol meningkatkan hubungan diplomatik dan kerja sama keamanan dengan Tokyo dan Washington.

Presiden AS Joe Biden akan menjamu Yoon untuk kunjungan kenegaraan pada 26 April mendatang. Pemimpin Korea Selatan itu juga akan mengunjungi Tokyo minggu depan.

Bulan ini, militer AS dan Korea Selatan akan menggelar latihan gabungan terbesar mereka dalam lima tahun.

Menjelang latihan yang diberi nama "Freedom Shield" dan dijadwalkan 10 hari mulai 13 Maret, kedua sekutu mengggelar latihan udara minggu ini yang menampilkan pesawat pengebom B-52 AS yang berkemampuan nuklir.

"Ini kemungkinan hanya awal dari serangkaian tes provokatif oleh Korea Utara," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.

"Pyongyang siap untuk menanggapi secara agresif latihan pertahanan utama AS-Korea Selatan, serta pertemuan puncak Presiden Yoon yang akan datang dengan (Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden AS Joe Biden)," katanya.

"Rezim Kim dapat memerintahkan penembakan rudal dengan jarak yang lebih jauh, mencoba peluncuran satelit mata-mata, mendemonstrasikan mesin berbahan bakar padat, dan bahkan mungkin melakukan uji coba nuklir."

Korea Utara telah membingkai uji coba rudal dan latihan militernya sebagai tindakan balasan yang dibenarkan setelah latihan AS-Korea Selatan.

Pekan lalu, ia meminta PBB mendesak penghentian latihan ini dan menegaskan kembali bahwa senjata nuklirnya untuk memastikan keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut.

Baca Juga: