Korut kembali gagal meluncurkan satelit mata-matanya dan kegagalan itu diduga karena ada masalah pada mesin roket terbarunya.

SEOUL - Pyongyang pada Senin (27/5) malam menyatakan bahwa upaya terbaru Korea Utara (Korut) untuk menempatkan satelit mata-mata ke orbit berakhir dengan ledakan di udara. Pernyataan Pyongyang itu diungkapkan selang beberapa jam setelah pengumuman rencana peluncurannya dikritik oleh Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.

Menempatkan satelit mata-mata ke orbit telah lama menjadi prioritas utama rezim Kim Jong-un, dan pada November lalu mereka mengklaim telah berhasil mengorbitkan satelit mata-mata setelah dua kali upayanya gagal pada tahun lalu.

Korsel mengklaim Korut telah menerima bantuan teknis dari Russia untuk peluncuran itu, sebagai imbalan atas pengiriman kontainer senjata ke Moskwa untuk digunakan di Ukraina.

"Upayanya pada Senin untuk meluncurkan satelit pengintai Malligyong-1-1 berakhir dengan kegagalan setelah meledak di udara pada tahap penerbangan pertama dan gagal diluncurkan," kata Administrasi Teknologi Dirgantara Nasional Korut dalam sebuah pernyataan.

"Sebuah tinjauan para ahli menyimpulkan bahwa penyebab kecelakaan itu adalah keandalan operasional mesin oksigen cair dan oli yang baru dikembangkan," imbuh institusi itu sebagaimana disiarkan oleh kantor beritaKCNA.

Stasiun penyiaran JepangNHKmemutar rekaman yang tampak seperti proyektil yang menyala di langit malam, yang kemudian meledak menjadi bola api, dan mengatakan bahwa mereka merekamnya dari timur laut Tiongkok pada saat yang sama dengan percobaan peluncuran.

Pyongyang telah memberi tahu Jepang pada Senin pagi bahwa mereka berencana untuk menempatkan satelit lain ke orbit, yang memicu kritik dari Seoul dan Tokyo, yang mendesak Kim Jong-un untuk membatalkan rencana itu.

Sementara militer Korsel mengatakan pihaknya telah mendeteksi peluncuran tersebut namun satelit tersebut diduga meledak di udara.

Korut yang memiliki senjata nuklir dilarang oleh berbagai resolusi PBB untuk melakukan uji coba menggunakan teknologi balistik, dan para analis mengatakan ada tumpang tindih teknologi yang signifikan antara kemampuan peluncuran ruang angkasa dan pengembangan misil balistik.

Peluncuran tersebut merupakan tindakan provokatif yang jelas-jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi misil balistik," kata militer Korsel.

Dikecam Seoul

Terkait kegagalan itu, Korsel pada Selasa (28/5) mengecam upaya Pyongyang untuk menempatkan satelit mata-mata kedua ke orbit, dengan mengatakan bahwa peluncuran yang gagal tersebut adalah tindakan provokatif yang mengancam stabilitas regional.

Kantor beritaYonhapmelaporkan pada akhir pekan ini bahwa sekelompok insinyur Russia telah memasuki Korut untuk membantu peluncuran satelit, mengutip seorang pejabat pemerintah.

Namun kemunduran terbaru tidak akan menghalangi Pyongyang untuk mencoba lagi, kata Hong Min, analis senior di Institut Unifikasi Nasional Korea di Seoul, kepadaAFP.

"Kegagalan peluncuran satelit adalah kesamaan yang dimiliki oleh semua negara yang mengembangkan teknologi luar angkasa, yang telah diumumkan oleh Korut secara rinci dan tepat waktu," kata dia.

Hong Min juga menyatakan bahwa berdasarkan data yang diperoleh dari peluncuran terbaru, bantuan teknis Moskwa kepada Pyongyang akan semakin dipercepat guna meningkatkan peluang keberhasilan pada percobaan peluncuran satelit berikutnya. AFP/I-1

Baca Juga: