Korut berubah pendirian terkait rencana perundingan tingkat tinggi dengan Jepang dan menyatakan bahwa Pyongyang akan mengabaikan dan menolak kontak atau negosiasi apa pun dengan Tokyo.

SEOUL - Kim Yo-jong, adik dari pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, mengatakan rezimnya akan mengabaikan dan menolak kontak atau negosiasi apapun dengan Jepang.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor beritaKCNApada Selasa (26/3), Kim Yo-jong mengatakan Jepang tidak memiliki sedikitpun keberanian untuk mengubah sejarah, mewujudkan perdamaian dan stabilitas di kawasan, serta mengambil langkah pertama untuk mewujudkan hubungan baru antara Korut dan Jepang.

"Korut meminta agar masalah penculikan tidak disebutkan sebagai prasyarat untuk mengadakan pertemuan, namun ketika pemerintah Jepang secara terbuka menolak permintaan ini, Korut menyatakan penghentian negosiasi," laporKCNA, Rabu (27/3).

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (25/3), Kim Yo-jong mengatakan Tokyo telah menyampaikan keinginan untuk mengadakan pertemuan puncak bilateral dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, menjawab bahwa belum ada keputusan yang diambil.

Sementara itu dalam sebuahkonferensi PBB yang membahas masalah pemusnahan senjata,Korut menyatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk melakukan dialog dengan Korea Selatan (Korsel).
Pada Selasa (26/3) dalam Forum Pemusnahan Senjata di Jenewa, perwakilan Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Jepang, mengkritik aktivitas nuklir Korut dan provokasi misilnya sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Ju Yong-chol, penasihat di Misi Korut untuk PBB di Jenewa, menolak kritik tersebut dengan mengatakan bahwa Korut tidak pernah mengakui dan menolak resolusi Dewan Keamanan PBBdengan tegas. Dia menambahkan bahwa nuklir yang kuat diperlukan oleh Korut untuk menjaga keamanan negara dan mempercepat upaya pertahanan negaranya.

Sebagai tanggapan, Kim Il-hoon, seorang penasihat di Misi tetap Korsel untuk kantor PBB di Jenewa, mengatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan bukanlah rekayasa, seperti yang sering diklaim oleh Korut, dan mengikat secara hukum bagi semua negara anggota PBB sesuai dengan Piagam PBB.
Kim Il-hoon menekankan sikap Korut yang bersikerasterhadap senjata pemusnah massal tersebut hanya akan membuat keamanan negaranya lebih rentan. Dia juga menegaskan bahwa pintu untuk berdialog dan diplomasi tetap terbuka.

Namun, utusan Korut menanggapi dengan menyatakan bahwa Pyongyang tidak tertarik untuk melakukan dialog dengan Seoul dan mengkritik Korsel karena melakukan latihan militer bersama dan membawa aset strategis AS ke wilayah sekitar Semenanjung Korea.

Dialog Korsel-AS

Sementara itu Korsel dan AS telah meluncurkan badan konsultasi untuk secara lebih efektif menutup saluran sumber daya utama dan pendanaan yang dibutuhkan untuk program nuklir dan misil Korut.
Menurut Kementerian Luar Negeri Korsel, pertemuan pertama Satuan Tugas Pemberantasan yang Diperkuat (Enhanced Disruption Task Force) antara Korsel dan AS telah berlangsung pada Selasa (26/3) waktu setempat di Washington DC, AS. Pertemuan itu dihadiri oleh sekitar 30 pejabat dari kementerian dan lembaga kedua negara di bidang diplomatik, intelijen, sanksi dan urusan larangan maritim.

Pada kesempatan itu, kedua belah pihak mengindikasi bahwa sebagian besar minyak sulingan yang tengah diselundupkan oleh Korutdidapatkan dari kerja sama ilegal dengan perusahaan atau individu di suatu wilayah. Impor minyak itu dinilai sebagai komponen penting dalam pengembangan nuklir dan misil serta kesiapan militer Korut.

Pekan lalu, panel ahli PBB mengatakan dalam laporan tahunannya bahwa Korut diperkirakan telah mengimpor lebih dari 1,5 juta barel minyak sulingan pada Januari hingga September tahun lalu. Oleh karena itu, kedua negara bersepakat secara aktif akan meninjau penerapan sanksi independen terhadapperusahaan danindividuyang terlibat dalam penyelundupan ilegal sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pemberantasan tindakan ilegal tersebut. AFP/KBS/And

Baca Juga: