Menyikapi berulangnya konfrontasi di LTS antara Filipina dan Tiongkok, pemerintah Korsel menyatakan keprihatinan dan menyatakan insiden terbaru bisa memicu ketegangan di LTS dan merusak tatanan maritim.

SEOUL - Kementerian Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (26/3) menyatakan keprihatinan besar atas penggunaan meriam air yang dilakukan Tiongkok baru-baru ini terhadap kapal-kapal Filipina, dengan mengatakan bahwa hal tersebut memicu ketegangan di Laut Tiongkok Selatan (LTS) dan merusak tatanan maritim.

Filipina menuduh Penjaga Pantai Tiongkok menggunakan meriam air pada tanggal 24 Maret terhadap kapal sipil yang memasok pasukan di Kepulauan Spratly, sebuah kepulauan yang sebagian besar tidak berpenghuni di LTS, yang telah lama menjadi sumber perselisihan teritorial antara kedua negara.

Insiden penggunaan meriam air ini adalah yang terbaru dari serangkaian gejolak yang terjadi pada tahun lalu. Filipina telah mengajukan protes dan mengatakan kapalnya mengalami kerusakan dan beberapa awaknya terluka.

"Kami sangat prihatin dengan penggunaan meriam air yang baru-baru ini dan berulang kali terjadi di LTS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel, Lim Soo-suk, dalam sebuah pengarahan.

"Tindakan ini meningkatkan ketegangan di LTS yang merupakan rute navigasi internasional utama yang digunakan oleh semua negara, termasuk Korea, telah melemahkan upaya menjaga perdamaian, stabilitas, keamanan, dan tatanan maritim berbasis aturan," imbuh dia.

Lim menambahkan bahwa kebebasan bernavigasi dan penerbangan harus dihormati oleh semua negara berdasarkan hukum internasional.

Pemerintahan pimpinan Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, telah vokal mengenai ketegangan di LTS dan juga Selat Taiwan, dengan mengatakan pihaknya menentang upaya untuk mengubah status quo dengan kekerasan.

Persimpangan Jalan

Sementara itu Tiongkok memperingatkan Filipina pada Senin (25/3) untuk berperilaku hati-hati dan mengupayakan dialog, dengan mengatakan bahwa hubungan mereka berada di persimpangan jalan ketika konfrontasi baru antara penjaga pantai mereka mengenai klaim maritim telah memperdalam ketegangan.

Ini adalah peringatan kedua yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Tiongkok dalam tiga bulan terakhir, ketika kedua negara secara terbuka berselisih mengenai klaim teritorial di Kepulauan Spratly, sebuah kepulauan yang sebagian besar tidak berpenghuni di LTS.

Peringatan tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok, Chen Xiaodong, saat melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari Filipina, Wamenlu Theresa Lazaro, di tengah meningkatnya perselisihan mengenai perselisihan di Second Thomas Shoal di LTS.

Dalam panggilan telepon tersebut, Lazaro menyampaikan protes keras Manila terhadap tindakan agresif yang dilakukan oleh penjaga pantai dan milisi maritim Tiongkok terhadap misi

pasokan Filipina di LTS, kata Kementerian Menteri Luar Negeri Filipina dalam sebuah pernyataan.

Chen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Tiongkok sekali lagi mendesak Filipina untuk menghormati komitmen dan konsensusnya, menghentikan pelanggaran dan provokasi maritimnya, menghentikan tindakan sepihak apa pun yang dapat memperumit situasi, dan dengan sungguh-sungguh kembali ke jalur yang benar dalam menangani perbedaan dengan baik melalui cara yang benar melalui dialog dan konsultasi dengan Tiongkok.

Sementara itu kepala keamanan Filipina telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada Senin (25/3) mengenai laporan insiden meriam air untuk menyiapkan rekomendasi yang akan disampaikan kepada Presiden Ferdinand Marcos Jr mengenai langkah-langkah ke depan dalam perselisihan tersebut.

Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro dalam pertemuan itu menyarankan agar Tiongkok harus bisa membuktikan kekuatan klaim maritimnya melalui arbitrase, bukan ambiguitas.

"Jika Tiongkok tidak takut untuk menyatakan klaimnya kepada dunia, mengapa kita tidak melakukan arbitrase berdasarkan hukum internasional?" ucap Teodoro.

"Tidak ada negara yang percaya (klaim mereka), dan mereka melihat ini sebagai cara mereka untuk menggunakan kekuatan, mengintimidasi, dan membelokkan Filipina pada ambisi mereka," imbuh dia. ST/And

Baca Juga: