SEOUL - Para pemimpin Korea Selatan (Korsel) dan New Zealand mengecam program senjata Korea Utara (Korut) dan invasi Russia ke Ukraina selama pertemuan puncak di Seoul pada Rabu (4/9), yang merupakan pertemuan puncak pertama kedua negara dalam sembilan tahun.
Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, dan Perdana Menteri New Zealand, Christopher Luxon, juga sepakat untuk bekerja sama meningkatkan hubungan bilateral, menurut kantor kepresidenan di Seoul.
"Sangat penting bagi negara-negara yang memiliki nilai-nilai yang sama, termasuk Korsel dan New Zealand, untuk membentuk solidaritas di titik kritis ini, di mana tantangan dari kekuatan otoriter terus berlanjut, dengan perang di Ukraina dan kerjasama militer antara Russia dan Korut," kata Presiden Yoon dalam sambutannya.
Presiden Yoon dan PM Luxon sama-sama mengutuk upaya Korut untuk memperoleh senjata nuklir dan misil balistik, serta meningkatnya kerjasama militer dengan Moskwa, dimana Pyongyang secara luas dituduh memasok senjata ke Moskwa untuk digunakan di Ukraina.
"Kedua pihak menekankan bahwa mereka akan terus meminta Russia untuk mematuhi kewajiban internasionalnya dan segera, sepenuhnya, dan tanpa syarat menarik diri dari wilayah Ukraina yang diakui secara internasional," demikian bunyi pernyataan bersama dari kedua negara.
Seoul telah berkomitmen memberikan bantuan kemanusiaan kepada Kyiv untuk upaya perangnya tetapi telah menahan diri untuk tidak mengirimkan bantuan militer langsung, dengan alasan kebijakan lama untuk tidak menyediakan senjata ke negara yang sedang berkonflik.
Eksekusi
Sementara itu laporan TV Chosun pada Rabu melaporkan bahwa Korut telah mengeksekusi sejumlah pejabat pemerintah setelah banjir besar akhir Juli lalu menewaskan ribuan orang di wilayah utara negara itu.
"Sekitar 20 hingga 30 pejabat pemerintah daerah di wilayah yang dilanda banjir ditembak pada Agustus lalu," kata TV Chosun yang mengutip keterangan seorang pejabat pemerintah Korsel yang tidak ingin disebutkan namanya.
Pemimpin Korut, Kim Jong-un, mengatakan dalam sebuah pertemuan darurat partai pada akhir Juli lalu bahwa ia akan menghukum keras mereka yang mengabaikan tugas mereka dan yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban pada bencana tersebut.
Aparat propaganda Korut sejauh ini hanya menyebarkan foto-foto Kim Jong-un yang mengawasi upaya penyelamatan setelah bencana, tetapi tidak melaporkan angka kematian dari bencana tersebut.
Sedangkan menurut TV Chosun, kerusakan akibat banjir lebih luas terjadi di wilayah utara di Provinsi Jagang yang berbatasan dengan Tiongkok dan merupakan lokasi bagi bagian hulu dan tengah Sungai Yalu.AFP/ST/Bloomberg/I-1